Gila! Pramugari Saja tak Berani Teguk Minuman Ini, Kenapa Diberikan ke Penumpang Pesawat?
Ilustrasi
Penerbangan pagi buta dan tengah malam adalah tantangan tersendiri bagi para pelancong.
Dalam perang melawan kantuk, secangkir teh atau kopi panas tentu bisa membantu.
Namun, tahukah Anda kalau bahkan pramugari sekalipun enggan mengonsumsi minuman yang dibuat dengan air panas dari dalam pesawat.
"Mereka tidak mau minum kopi atau teh di pesawat," ujar seorang pramugari dikutip Business Insider.
Ada apa dengan air panas di dalam pesawat?
Seperti dilansir NBC5, air panas yang digunakan untuk membuat teh dan kopi dalam penerbangan bukan berasal dari botol, melainkan dari keran.
Nah, yang jadi masalah adalah wadah tempat penyimpanan air.
Pada 2004 EPA--Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat--mengambil sampel air dari 158 pesawat. Ternyata 13 persennya mengandung bakteri koliform.
Bakteri ini lazim digunakan sebagai indikator bahwa suatu sumber air terkontaminasi patogen.
Bakteri pembusuk ini dapat memproduksi berbagai racun yang bisa menimbulkan penyakit bila jumlahnya dalam tubuh berlebih.
Dua dari 158 pesawat yang diperiksa ternyata memiliki air yang mengandung bakteri E.coli yang berbahaya. Bukan hanya itu, studi EPA lain menemukan bahwa satu dari delapan pesawat gagal memenuhi standar EPA untuk keamanan air.
Dikutip dari Business Insider, The Association of Flight Attendants (AFA)-CWA menyatakan, air dalam penerbangan ada di bawah pengawasan EPA yang memastikannya aman untuk dikonsumsi.
Karena itu, AFA-CWA mendesak peraturan ini dimutakhirkan lebih dari 15 tahun yang lalu.
Peraturan tersebut memberikan keleluasaan bagi maskapai penerbangan untuk mengatur seberapa sering mereka harus menguji air dan membilas tangki air.
AFA tidak yakin peraturan ini benar-benar diperhatikan dan dipraktikkan.
Regulasi EPA soal ketersediaan air dalam pesawat telah diubah pada 2009.
Pada 2012, EPA kembali menguji pesawatkomersial, hasilnya 12 persen masih memiliki air dengan kandungan bakteri koliform, dan hanya kurang dari 0,5 persen yang mengandung bakteri E.Coli.
Jadi, masalah yang sama masih terjadi hingga kini.
NBC melaporkan, bakteri kemungkinan muncul dalam air saat proses transit.
Hal ini dikonfirmasi studi tahun 2015 yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.
Mikroorganisme lebih banyak terdapat pada kendaraan pengangkut daripada dalam sumber air.
Jadi, organisme ini kemudian ikut berpindah dari truk pengangkut air ke dalam pesawat.
Abbie Unger, mantan pramugaripenerbangan internasional, dalam perbincangannya dengan Huffington Post membenarkan perihal kebersihan tangki air di pesawat.
"Memang, tangki air tidak dibersihkan. Tapi tangki air itu hanya diisi air minum, bukan kopi yang sudah berumur lama. Air itu memang tidak menghasilkan kopi yang nikmat, tapi bukan berarti tidak aman," papar Unger.
Dr. Cedric Spak, spesialis penyakit menular di Baylor University medical Center mengimbau, sebaiknya orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu harus menghindari minuman dalam penerbangan.
Dr. Spak juga mengingatkan orang tua yang membawa bayi. Sebaiknya berpikir dua kali sebelum mengisi botol susu dengan air dari pesawat. "Sepertinya itu bukan ide yang baik," pungkasnya.
Daripada memesan teh atau kopi di dalam pesawat, akan lebih baik jika Anda membeli minuman kemasan.mudtad