Archive for 04/21/20

21 April 2020

yang ditanya harga minyak di indonesia kenapa engak turun,malah dijawab perbandingan harga, jawab bos pertamina


Pertamina Lakukan Digitalisasi SPBU
Karyawan melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) kendaraan konsumen di SPBU Coco Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/2). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Pemerintah tidak kunjung menurunkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. Padahal, harga minyak dunia kian terpuruk hingga sempat negatif USD 37,91 per barel untuk harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang berakhir Mei.

Anjloknya harga minyak dunia ini direspons pemerintah Malaysia dengan menurunkan harga BBM. Dikutip dari imoney.my, BBM RON 95 atau yang setara Pertamax Plus, pekan ini dipatok di harga 1,25 ringgit atau Rp 4.420 per liter.

Harga itu jauh lebih murah dibanding BBM jenis Premium (RON 88) di Indonesia yang masih dijual Rp 6.450 per liter. Sementara BBM RON 97 di Malaysia, dijual 1,55 ringgit atau sekitar Rp 5.473 per liter. Jauh lebih murah dengan BBM Pertamax Turbo dengan RON 98 yang harganya Rp 9.850 per liter.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, keputusan penurunan harga BBM sepenuhnya ada di tangan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Untuk Malaysia, dia mengakui jika harganya lebih murah dibandingkan Indonesia. Akan tetapi, jika disandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara, harga BBM di Tanah Air jauh lebih murah.

"Kalau kita bandingkan dengan standar USD (dolar AS), untuk gasoline price ini USD 0,49 atau Rp 7.650 per liter. Di negara lain seperti Filipina, Kamboja, Thailand, Singapura, Laos, Vietnam itu lebih mahal," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4).

Sedangkan untuk harga BBM diesel, kata Nicke, Indonesia bahkan paling murah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Harga BBM diesel yang dijual Pertamina USD 0,03 per liter, sedangkan Malaysia lebih tinggi yakni USD 0,52 per liter.

Nicke Widyawati, RDP Komisi VII DPR, Senayan, Jakarta
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo pernah meminta bawahannya untuk menurunkan harga BBM karena harga minyak yang rendah. Pernyataan itu dia sampaikan sebulan yang lalu, saat harga minyak dunia belum mencapai rekor terendah selama lebih dari dua dekade.

Jokowi telah memberikan arahan kepada jajaran menteri kabinetnya untuk segera mengkalkulasi penurunan harga BBM. Saat itu, harga minyak mentah memang sudah mulai turun di kisaran USD 30 per barel.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta realisasi penurunan harga BBM ini dilakukan pada waktu yang tepat. Sehingga, bisa memberikan manfaat untuk perekonomian di dalam negeri.

"Karena itu saya minta kalkulasi dihitung dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita terutama BBM, baik BBM subsidi dan nonsubsidi," kata Jokowi dalam rapat kabinet terbatas secara online, Rabu (18/3).

Sayangnya, hingga detik ini keinginan Jokowi itu baru sebatas arahan. Faktanya, harga BBM tak kunjung menurun kendati harga minyak mentah telah jatuh lebih jauh lagi, hingga setengah dari harga saat wacana itu mencuat.

Berdasarkan hitung-hitungan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, seharusnya saat ini masyarakat telah menikmati harga BBM Rp 4.800 hingga Rp 5.000 per liter.

Lantas kapan pemerintah bakal menurunkan harga BBM dalam negeri? Jika memang menunggu momentum yang tepat seperti kata Jokowi, bukankah terpuruknya perekonomian masyarakat di tengah situasi pandemi COVID-19 ini sudah cukup memenuhi syarat?

Harga minysk turun, bagaimana harga minyak di indonesia?

ilustrasi-kilang-minyak-tribun-medan_20160428_084653.jpg
Pertama Kali Harga Minyak Dunia Minus (di Bawah Nol), Pembeli Malah Dikasih Uang, Ini Penjelasannya. Ilustrasi kilang minyak AP PHOTO / GERALD HERBERT Pertama Kali Harga Minyak Dunia Minus (di Bawah Nol), Pembeli Malah Dikasih Uang, Ini Penjelasannya. Ilustrasi kilang minyak

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terjun bebas Senin (20/4/2020) di pasar saham AS, dan untuk pertama kalinya turun sampai minus 40 dolar per barel di pasar berjangka untuk bulan Mei.

Harga minus itu berarti, pembeli kontrak berjangka bukannya membayar; melainkan mendapat uang.

Penurunan drastis ini terjadi setelah permintaan bahan bakar di seluruh dunia anjlok karena pandemi corona dan kebijakan lockdown yang diberlakukan di berbagai negara.

Akibatnya, pasar mengalami kelebihan suplai, sehingga semua tempat penyimpanan minyak penuh.

Karena panik, para pelaku pasar berebut menjual pasokan minyak yang berlebihan, sehingga akhirnya harga berada di bawah nol di pasar berjangka untuk kontrak bulan Mei.

Para pedagang berusaha menemukan pembeli dan akhirnya menawarkan akan membayar, kalau ada yang ingin “membeli” minyaknya.

Tangki-tangki penyimpanan sudah penuh

Karena kelebihan pasokan, tangki penyimpanan untuk WTI menjadi sangat penuh sehingga sangat sulit menemukan tempat penyimpanan baru.

"Tidak ada lagi kapasitas penyimpanan yang tersedia, sehingga harga komoditas secara efektif nol," kata Bob Yawger, direktur saham berjangka di Mizuho, New York.

"Jadi, kalau harga sudah minus satu dolar, artinya mereka akan membayarmu satu dolar untuk mengeluarkan minyak dari sana."

Anjloknya harga minyak mentah juga sebagian disebabkan oleh model bisnis transaksi berjangka.

Kontrak berjangka diperdagangkan untuk 1.000 barel minyak mentah, yang dikirim ke fasilitas penyimpanan Cushing, di mana perusahaan-perusahaan energi memiliki tangki penyimpanan dengan kapasitas sekitar 76 juta barel.

Setiap kontrak diperdagangkan untuk jangka waktu satu bulan, dan transaksi kontrak bulan Mei akan berakhir hari Selasa (21/4).

Itu sebabnya, para investor yang memegang kontrak bulan Mei berebut melepas saham berjangka mereka, karena biaya penyimpanan tinggi.

Itu sebabnya mereka mau melepas sahamnya dengan membayar orang yang mau membeli.

Harga minyak di pasar saham AS mulai merangkak naik lagi di atas nol hari Selasa, dan para pedagang sekarang fokus pada kontrak untuk bulan Juni, yang masih diperdagangkan di atas 20 dolar per barel.

Apa artinya kejatuhan harga minyak untuk konsumen?

"Jatuhnya harga minyak mentah berjangka tidak otomatis berarti jatuhnya harga-harga di pompa bensin", kata Tom Kloza, analis senior di Oil Price Information Services.

"Kita memang akan terus melihat harga bensin, harga diesel, dan harga bahan bakar jet turun, tetapi kita tidak akan melihat bahan bakar diberikan cuma-cuma, sekalipun harga minyak mentah di pasaran mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Tom Kloza.

"Turunnya harga minyak mentah berjangka juga menunjukkan bahwa pasar tidak mengharapkan perekonomian dan sektor penerbangan akan kembali beroperasi seperti biasa dalam waktu dekat", kata analis biro konsultan Raymond James, Savanthi Syth.

Syth menjelaskan, dalam dua bulan terkahir, sekitar 30 juta barel per hari - artinya 30% dari permintaan global sebelum pandemi - telah dipompa ke penyimpanan-penyimpanan minyak di seuluruh dunia.

Bahkan jika permintaan minyak kembali naik ke tingkat pra-pandemi, akan butuh waktu lama untuk menghabiskan semua minyak mentah yang tersimpan saat ini.

"Apa yang ditunjukkan pasar energi saat ini kepada kita adalah bahwa permintaan tidak akan pulih dalam waktu dekat, dan kelebihan pasokan tetap ada," kata Kevin Flanagan, kepala strategi keuangan di Wisdomtree Asset Management, New York

Doa Menyembelih Ayam

Doa Menyembelih Ayam