Pemerintah tidak kunjung menurunkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. Padahal, harga minyak dunia kian terpuruk hingga sempat negatif USD 37,91 per barel untuk harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang berakhir Mei.
Anjloknya harga minyak dunia ini direspons pemerintah Malaysia dengan menurunkan harga BBM. Dikutip dari imoney.my, BBM RON 95 atau yang setara Pertamax Plus, pekan ini dipatok di harga 1,25 ringgit atau Rp 4.420 per liter.
Harga itu jauh lebih murah dibanding BBM jenis Premium (RON 88) di Indonesia yang masih dijual Rp 6.450 per liter. Sementara BBM RON 97 di Malaysia, dijual 1,55 ringgit atau sekitar Rp 5.473 per liter. Jauh lebih murah dengan BBM Pertamax Turbo dengan RON 98 yang harganya Rp 9.850 per liter.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, keputusan penurunan harga BBM sepenuhnya ada di tangan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Untuk Malaysia, dia mengakui jika harganya lebih murah dibandingkan Indonesia. Akan tetapi, jika disandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara, harga BBM di Tanah Air jauh lebih murah.
"Kalau kita bandingkan dengan standar USD (dolar AS), untuk gasoline price ini USD 0,49 atau Rp 7.650 per liter. Di negara lain seperti Filipina, Kamboja, Thailand, Singapura, Laos, Vietnam itu lebih mahal," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4).
Sedangkan untuk harga BBM diesel, kata Nicke, Indonesia bahkan paling murah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Harga BBM diesel yang dijual Pertamina USD 0,03 per liter, sedangkan Malaysia lebih tinggi yakni USD 0,52 per liter.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo pernah meminta bawahannya untuk menurunkan harga BBM karena harga minyak yang rendah. Pernyataan itu dia sampaikan sebulan yang lalu, saat harga minyak dunia belum mencapai rekor terendah selama lebih dari dua dekade.
Jokowi telah memberikan arahan kepada jajaran menteri kabinetnya untuk segera mengkalkulasi penurunan harga BBM. Saat itu, harga minyak mentah memang sudah mulai turun di kisaran USD 30 per barel.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta realisasi penurunan harga BBM ini dilakukan pada waktu yang tepat. Sehingga, bisa memberikan manfaat untuk perekonomian di dalam negeri.
"Karena itu saya minta kalkulasi dihitung dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita terutama BBM, baik BBM subsidi dan nonsubsidi," kata Jokowi dalam rapat kabinet terbatas secara online, Rabu (18/3).
Sayangnya, hingga detik ini keinginan Jokowi itu baru sebatas arahan. Faktanya, harga BBM tak kunjung menurun kendati harga minyak mentah telah jatuh lebih jauh lagi, hingga setengah dari harga saat wacana itu mencuat.
Berdasarkan hitung-hitungan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, seharusnya saat ini masyarakat telah menikmati harga BBM Rp 4.800 hingga Rp 5.000 per liter.
Lantas kapan pemerintah bakal menurunkan harga BBM dalam negeri? Jika memang menunggu momentum yang tepat seperti kata Jokowi, bukankah terpuruknya perekonomian masyarakat di tengah situasi pandemi COVID-19 ini sudah cukup memenuhi syarat?