Archive for 04/27/20

27 April 2020

kisah cinta ali bin abi thalib,mengejar cinta fatima

alex-hudson-XsJ3T6jyIjY-unsplash.jpg

Berbicara soal kisah cinta romantis dalam Islam. Sebuah kisah cinta yang datang dari putri bungsu Rasulullah SAW, Fatima Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib yang tak lain adalah Khulafaur Rashidin ke-4 dan putra dari Abu Thalib.

Kisah cinta ini bermula ketika pintu hati Ali terketuk saat pertama kali melihat Fatima mengobati luka ayahnya, Nabi Muhammad SAW yang sedang terluka parah akibat berperang.

Dari kejadian itulah, Ali bertekad untuk meminang Fatima. Namun, perjalanan cinta yang ingin Ali dapatkan tidak semulus apa yang diharapkan. Berkali-kali hati Ali hancur setelah mengetahui wanita pujaannya dilamar oleh beberapa pria.Tetapi, dalam kisah yang kita tahu Ali lah pemenangnya.

Ketika Fatima berusia sekitar lima tahun, ia harus bersedih karena ditinggal oleh sang ibunda, Siti Khadijah. Di saat itu pula, Nabi Muhammad SAW mengambil tugas menjadi seorang ayah sekaligus ibu untuk Fatima. Kematian sang ibunda telah menciptakan kekosongan dalam hidup Fatima, tetapi sang ayah mengisinya dengan cinta dan kelembutan.

Saat Fatima beranjak dewasa, ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang ingin menjodohkan Fatima dengan anak mereka. Namun, Nabi Muhammad SAW berkata, "Masalah pernikahan Fatima ini, ada di tangan Allah SWT sendiri, dan Dia sendiri yang akan memilih pasangan untuknya."

Suatu ketika, ada seorang pria yang mempunyai kedudukan tinggi di mata Allah SWT dan Nabi. Pria tersebut adalah Abu Bakar As Shidiq yang memberanikan diri menghadap Nabi Muhammad SAW dengan mengutarakan hatinya untuk mempersunting Fatima. Mendengar hal ini, hati Ali hancur, kebahagiaannya telah sirna seketika Fatima dilamar oleh Abu Bakar yang merupakan seorang saudagar. Dibandingkan dengan Ali, dirinya tidak ada apa-apanya, ia tetaplah pemuda miskin dari keluarga miskin.

Tapi ternyata, hal mengejutkan terjadi. Fatima menolak pinangan Abu Bakar. Seketika, Ali kembali punya harapan dan kembali mempersiapkan diri.

Sayangnya, ujian cinta Ali tidak berhenti di situ. Keceriaan dan ketenangan di hati Ali kembali sirna mendengar kabar Fatima kembali di lamar oleh seorang pria yang juga memiliki kedudukan tinggi di mata Allah SWT dan Nabi. Pria itu adalah Umar bin Khatab. Dengan gagah dan memiliki segalanya, Umar menghadap Nabi Muhammad SAW untuk mempersunting Fatima.

Beruntung sekali, tadir sepertinya memang akan mempersatukan Ali dan Fatima. Hati Ali kembali memiliki sekumpulan harapan setelah tahu Fatima menolak lamaran Umar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah sepenuhnya kebahagiaan. Hati Ali merasa gundah dengan kenyataan yang terjadi. Ia berpikir, kedua pria yang memiliki kedudukan tinggi di mata Allah SWT juga Nabi saja ditolak oleh Fatima, apalagi dengan dirinya yang tidak punya apa-apa.

Kondisi inilah yang membuat Ali seperti orang yang putus asa dan pasrah. Ia berharap Allah SWT akan berbaik hati kepadanya. Memberikan Fatima untuk dijadikan seorang istri.

Dalam sebuah riwayat dikatakan ketika Ali berbicara dengan Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, engkau telah membuat hatiku yang sebelumnya tenang menjadi goncang. Engkau telah mengingatkanku akan sesuatu yang sudah aku lupakan. Demi Allah, aku menghendaki Fatimah. Tapi, yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa untuk memberanikan diri datang padanya."

Abu Bakar tersentuh dengan penyataan Ali, lantas ia pun berkata, "Wahai Ali, janganlah engkau berkata demikian. Bagi Allah dan RasulNya, dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka."

Mendengar pernyataan Abu Bakar, Ali lantas memberanikan diri menghadap Nabi Muhammad SAW dan segera mengutarakan isi hati yang sudah lama ia pendam.

Dengan penuh harap dan keyakinan, tanpa ragu Ali pun datang untuk meminang Fatima Az Zahra. Namun, ketika berkunjung, Ali ditanya perihal mahar untuk Fatima. Ali yang tidak punya apa-apa hanya menjawab mempunyai baju besi, pedang, dan seekor unta.

Mendengar jawaban Ali, Nabi Muhammad SAW mengatakan,

"Tentang pedangmu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu, engkau tetap memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu juga bagi dirimu sendiri. Engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkanmu dengan mas kawin baju besi milikmu. Aku bahagia menerima barang itu darimu Ali. Engkau wajib bergembira sebab Allah lah sebenarnya yang maha tahu lebih dulu. Allah lah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi."(HR. Ummu Salamah)

Dan Ali pun menikahi Fatima dengan menggadaikan baju besi miliknya. Rasa syukur tidak berhenti Ali ucapkan karena Allah SWT telah mendengar doa dan harapannya untuk menjadikan Fatima sebagai istri di dunia dan akhirat. Sejak awal, takdir sepertinya memang sudah mempersatukan mereka. Kehancuran hati Ali di perjalanan cintanya adalah sebuah ujian cinta yang harus dijalani. Buah manis telah dipetik dan Ali pun pemenang atas hati Fatima.

Pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib dikarunia dua orang putra bernama Hassan dan Husain.

Ini adalah bentuk komitmen yang sempurna sehingga Allah SWT memberikan balasan yang begitu indah. Itulah bentuk cinta yang didasari oleh keberanian, kesabaran, komitmen, dan keikhlasan cinta.

Semoga kisah ini dapat menginspirasi bagi semua umat Muslim yang sedang menjalani ibadah puasa.n

5 peperangan yang terjadi di bulan Ramadhan,yang penuh makna

Bulan Ramadan merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu bagi umat muslim. Selain menjalankan puasa wajib, bulan yang penuh dengan keberkahan ini selalu dinanti lantaran berbagai ibadah akan ditimpali dengan balasan pahala yang berlipat ganda. Namun di balik keberkahan dan berlimpahnya pahala, bulan ke 9 dalam kalender Hijriah ini juga menjadi saksi atas berbagai perstiwa dahsyat yang terjadi di masa lampau, lho. 

Jika menenggok ke masa lalu, banyak peristiwa bersejarah terjadi di bulan yang suci ini. Turunnya kitab suci Alquran yang menjadi petunjuk bagi umat muslim menjadi salah satu contoh peristiwa di antara banyak peristiwa bersejarah lainnya yang terjadi di bulan ini. Selain itu, di bulan ini pula terjadi beberapa peperangan bersejarah. Peristiwa tersebut juga meninggalkan pengetahuan serta makna mendalam. Nah, untuk menambah pengetahuan kamu tentang sejarah Islam, ini rangkuman dari 5 perang yang terjadi di bulan Ramadan.

1. Perang Badar

Penuh Makna, Ini Sejarah 5 Peperangan yang Terjadi di Bulan Ramadan

Perang yang mempunyai nama lain Ghazwah Badr al-Kubra merupakan perang pembeda lantaran perang ini membawa kemenangan besar pertama bagi kaum muslimin. Perang yang menandai awal kejayaan Islam ini merupakan peperangan melawan kaum Quraisy, yaitu kaum yang sebelumnya menindas dan berperilaku buruk kepada orang-orang muslim. Saat perang terjadi, pasukan muslim yang berjumlah 313 orang melawan 1000 pasukan Quraisy. 

Jika dilihat dari angka pasukan yang bertarung, mungkin sangat sulit bagi kaum muslim untuk memenangkan perang ini. Namun, berkat kedisplinan, bantuan para malaikat, serta mukjizat Allah, perang ini berhasil ditaklukan oleh umat muslim dengan menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy yang kemudian mundur dalam kekacauan. Perang yang berlangsung selama dua jam ini terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 Masehi.

2. Pembebasan kota Makkah

Penuh Makna, Ini Sejarah 5 Peperangan yang Terjadi di Bulan Ramadan

Terjadi pada tanggal 20 Ramadan tahun 8 Hijriyah, perang dengan nama lain Fathu Mekah ini juga dimenangkan oleh umat muslim. Perang ini terjadi karena kaum Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah dan mereka bersekongkol dengan kabilah lainnya untuk memerangi orang-orang yang berdamai dengan Rasullah. Dalam perang ini, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada 10.000 pasukan muslim untuk tidak memulai menyerang sebelum diserang terlebih dahulu oleh pasukan Quraisy. 

Dengan dimenangkannya pertempuran ini, maka cita-cita umat muslim untuk bisa menduduki kota Makkah menjadi terealisasi. Pasca perang yang dipimpin oleh Khalid bin Walid itu, Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar Kabah yang berjumlah 360 buah.

3. Pertempuran Ain Jalut

Penuh Makna, Ini Sejarah 5 Peperangan yang Terjadi di Bulan Ramadan

Pertempuran yang berlangsung di Palestina ini berawal dari ambisi Hulagu Khan (Hulega), cucu Genghis Khan, yang berniat menaklukkan Mesir dan Maghribi. Hulagu mengirim kurir untuk mengantarkan surat yang berisikan ancaman kepada Saifuddin al-Qutuz selaku penguasa wilayah Mesir saat itu. Namun, Sultan Qutuz menolak tunduk kepada kekuasaan Hulagu dan membalas ancaman tersebut dengan perlawanan. Dari pembalasan surat berisi ancaman tersebutlah perang dimulai. 

Setelah bertempur habis-habisan, akhirnya perang yang terjadi pada 25 Ramadan tahun 658 Hijriyah ini dimenangkan oleh Sultan Qutuz beserta dengan pasukannya. Kekalahan yang dialami oleh bangsa Mongol ini seolah melunturkan mitos mengenai kedigdayaan kaum Mongol yang tak akan pernah kalah dalam menaklukan daerah Islam.

4. Pertempuran Tanduk Hittin

Penuh Makna, Ini Sejarah 5 Peperangan yang Terjadi di Bulan Ramadan

Pertempuran yang dikenal dengan nama perang pembebasan Palestina ini terjadi di lembah Hittin, Palestina. Pertempuan Hittin adalah bagian penting dari periode sejarah Perang Salib. Pada perang ini, pasukan muslim yang dipimpin oleh Shalahuddin Ayyubi berhasil mengalahkan tentara Salib dari kerajaan Yerusalem. Dalam memenangkan pertempuran ini, Shalahuddin membuat dan menjalankan strateginya dengan benar serta tepat. 

Strategi yang dijalankan oleh Shalahuddin adalah dengan memancing Pasukan pimpinan Guy de Lusignon, yaitu tentara Salib, untuk pergi ke sebuah lembah bernama Hittin. Untuk mengunjungi lembah tersebut, tentara Salib harus menyeberangi lembah-lembah Galilea di tengah teriknya matahari saat musim panas. Kondisi tersebut membuat pasukan Salib kelelahan karena membawa peralatan tempur yang sangat besar. Di saat-saat itulah Shalahuddin mengirimkan pasukan kavaleri untuk membuntuti tentara Salib dari kejauhan. Dari strateginya itu, akibatnya tak kurang dari 10 ribu tentara Salib binasa karena dikepung oleh pasukan Shalahuddin dan berhasil memenangkan pertarungan.

5. Pertempuran Guadalete

Penuh Makna, Ini Sejarah 5 Peperangan yang Terjadi di Bulan Ramadan

Pertempuran yang memanas di sekitar sungai Guadalete di wilayah paling selatan Al Andalus ini terjadi pada tanggal 19 Juli 711 Masehi atau tepat pada 28 Ramadan 92 Hijriah. Perang ini berlangsung antara pasukan Thariq bin Ziyad yang melawan pasukan Visighotic, Raja Roderic. Pertempuran ini merupakan misi dari Tariq selaku jenderal dari dinasti Umayyah untuk menaklukkan wilayah Andalusia. Tariq yang membawa 12.000 pasukan melawan pasukan kerajaan Visigoth yang dipimpin oleh Raja Roderic dengan jumlah pasukan sebanyak 40.000 orang. 

Kuantitas tak menentukan kualitas, pertempuran ini dimenangkan oleh Tariq dan pasukannya yang hanya berjumlah 1/3 dari jumlah pasukan Raja Roderic. Dengan kemenangan yang diperoleh oleh Tariq dan pasukannya, agama Islam mulai menyebar di tanah Eropa yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan-kerajaan besar Kristen. Kemenangan ini juga membuat agama Islam bertahan selama 8 abad di wilayah Andalusia.z

mengapa memcaba surah at-Taubat tidak diawali dengan bismilah

Membaca Alquran surah at-Taubah (Ilustrasi)
Membaca Alquran surah at-Taubah (Ilustrasi)

 Seperti kita ketahui, dalam Alquran hanya surah at-Taubah yang tanpa diawali dengan bacaan Basmalah. Alhasil, kita bila ingin membaca surah tersebut hanya perlu membaca ta'awwuz--"audzubillah himinasyaitonirrajim."

Mengapa demikian?

Pertama-tama, Sebelum membaca Alquran--surah apa pun--kita memang diperintahkan untuk membaca ta'awwuz terlebih dahulu. Perintah ini ditegaskan dalam Alquran surah an-Nahl ayat 98. Artinya, "Apabila kamu membaca Alquran, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk."

Adapun basmalah, memang hanya surah at-Taubah (sering pula disebut sebagai surat Bara'ah) yang tak diawali dengan "Bismillahirrahmanirrahim."

Karena itu, para ulama qira'at umumnya bersepakat, tidak membaca basmalah pada awal surah tersebut. Memang, ada juga yang membolehkannya, setelah menganalisis sebab tidak dicantumkannya basmalah pada surah at-Taubah.

Pertama, karena surah tersebut mengandung ancaman kepada orang-orang musyrik. Padahal, basmalah mengandung makna rahmat. Maka, tak wajar bila membaca basmalah untuk ayat-ayat yang ditujukan kepada mereka.

Beberapa ulama membolehkan membaca basmalah sebelum surah at-Taubah bila bersandar pada alasan ini saja. Sebab, tak dibacanya basmalah itu hanya khusus bagi orang-orang musyrik yang memang tidak wajar memperoleh rahmat. Adapun kaum Muslimin yang membaca surah tersebut, maka rahmat dapat diperoleh sehingga membaca basmalah insya Allah mengantarkan pada meraih berkat-Nya.

Kedua, tidak dicantumkannya basmalahpada awal surah kesembilan itu adalah karena at-Taubah diduga sebagai kelanjutan daripada surah al-Anfaal (surat kedelapan).

Jika memang surah Bara'ah merupakan lanjutan surat sebelumnya, maka tidak ada alasan untuk melarang membaca basmalah pada awal surah Bara'ah. Sebab, tidak ada halangan atau larangan membaca basmalahpada awal setiap juz yang biasanya merupakan pertengahan (lanjutan) dari satu surah. Akan tetapi, pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama.

Bagaimana bila mulai membacanya pada pertengahan (bukan awal) surah?

Di sini, para ulama berbeda pendapat. Menurut pakar qiraat Ibnul Jazri (wafat 833 H) dalam bukunya An-nasyr fi l-qiraat al-'asyr, mayoritas ulama-ulama Irak membaca basmalah ketika memulai membaca Alquran pada pertengahan surah. Adapun mayoritas ulama di Maroko, Tunis dan Andalusia, tidak membacanya.

Atas dasar itu, membaca Basmalah pada pertengahan surah at-Taubah diperbolehkan. Ini bukan dalam konteks semata-mata membaca surah tersebut, melainkan dalam konteks memenuhi anjuran Nabi Muhammad SAW. Yakni, memulai setiap pekerjaan dengan basmalah.Sabda beliau: ''Setiap persoalan penting yang tidak dimulai dengan Bismillahirahmanirrahim, maka persoalan tersebut cacat,.

Source: Tanya jawab fikih Koran Republika bersama Quraish Shihab

cara penulisan berita yang baik dan benar,menurut kaidah berita



berita 5W1H
Teknik Penulisan Berita yang Baik dan Benar sesuai dangan Kaidah Jurnalistik --5W1H plus Piramida Terbalik.

SETIAP kali tampil sebagai pembicara di sebuah pelatihan jurnalistik, saya hampir selalu diminta membuka website instansi asal peserta dan diminta memberi masukan.

Saya suka ambil sampel berita terbaru yang ada di situs web itu. Umumnya, berita yang dibuat staf humas instansi/perusahaan yang dimuat di websitenya dimulai dengan unsur waktu (when).

Saya kasih contoh, sumbernya gak disebutin ya, takut kena pasal "pencemaran nama baik" :)
Pada hari Selasa, 1 September 2015, Lembaga XXXXX melalui Seksi Bidang XXXXX menyelenggarakan SeminarXXXXX yang bertempat di Ruang Auditorium XXXX Jakarta.
Saya katakan, berita yang diawali dengan unsur waktu sangat langka. Saya lalu buka beberapa situs berita untuk menunjukkan betapa tidak lazimnya sebuah berita dimulai dengan unsur waktu, apalagi menggunakan kalimat "pada hari...".

Secara bergurau, saya bilang, penulis berita sangat  terpengaruh oleh lirik lagu anak-anak, semasa kecil, yaitu "pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/ naik delman istimewa kududuk di muka/" (Naik Delman).


Contoh berita di sebuah situs web instansi pemerintah itu sangat khas, tipikal berita di situs-situs lembaga/instansi.

Mari kita edit berita tersebut menjadi berita yang baik dan benar sesuai dengan kaidah jurnalistik:
Lembaga XXXXX menyelenggarakan SeminarXXXXX Selasa 1 September 2015 di Ruang Auditorium XXXX Jakarta.
Lembaga XXXXX menyelenggarakan SeminarXXXXX Selasa (1/9/2015) di Ruang Auditorium XXXX Jakarta.
Bagaimana? Lebih enak dibaca dan lebih efektif 'kan? Penyuntingan dilakukan pada dua segi:
  1. Kalimat -- dibuat lebih efektif, efisien, sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik (esp. hemat kata), dengan memotong (cutting) kata "pada hari" dan "yang bertempat". Pembaca sudah paham, Selasa itu nama hari, dan Auditorium itu nama tempat. Jadi, gak usah lagi dikasih "pada hari" dan "yang bertempat".
  2. Susunan unsur berita 5W1H --unsur waktu (when) di depan dipindahkan ke tengah atau ke belakang dan mengedepankan unsur subjek/pelaku (who).

Pedoman Menulis Berita: 5W1H plus Piramida Terbalik

Secara "teknis", menulis berita itu melaporkan peristiwa dengan menyusun unsur atau elemen berita yang terangkum dalam istilah 5W+1H:
  • Who - Pelaku, subjek. Siapa? Siapa yang melakukan? Siapa yang mengadakan? Siapa yang terlibat? Biasanya nama orang atau lembaga.

penjaga rumah allah kerndahan hati Abdul muthalib

Kakbah di masa lalu
Kakbah di masa lalu ,Ahmad FuadyFaculty of  Medicine, Universitas Indonesia

Sepasukan tentara, siang itu, tiba di Al Maghmas –sebuah daerah tak jauh di pinggiran kota Mekkah. Bekas debu Yaman di pakaian mereka hampir hilang setelah menempuh perjalanan panjang hingga ke Thaif, dan kini menjelang Mekkah. Satu per satu tentara turun merampas ternak yang ada di sekelilingnya, termasuk dua ratu unta milik Abdul Muthallib, seorang terpandang di kota Mekkah.

Abrahah, pemimpin pasukan itu, tengah memberi umpan, menarik pelatuk keresahan orang-orang Mekkah. Pasukannya dalam rombongan besar jelas tak akan mampu dilawan oleh orang-orang Quraisy yang menjaga Ka’bah meski tak lihai berperang. Ketika seorang lelaki bernama Hannatah al Himyari diutus Abrahah untuk mencari Abdul Muthallib, kerendahan diri orang-orang Quraisy terpancar jelas.

“Kami tidak berniat untuk memeranginya. Kami juga tidak mempunyai kekuatan untuk itu,” jawab Abdul Muthallib.

Kedatangan Abrahah ke Mekkah adalah upaya destabilisasi konstruksi keagamaan global pada masa itu. Mekkah, bersama Ka’bah, sejak lama dicemburui banyak kaum karena selalu menjadi pusat perhatian umat seluruh dunia sebagai tempat ibadah suci.

Mekkah dan Ka'bah juga menjadi pusat perdagangan dan wisata religi yang paling menguntungkan dengan banyaknya orang yang hilir mudik berziarah. Quraisy, suku utama yang tinggal di radius paling dekat dengan Ka’bah, adalah penikmat gelimang keuntungan dari itu semua.

Kaum Ghassan pernah mendirikan rumah ibadah suci di Hira. Abrahah pun, setelah menguasai Yaman, membangun sebuah rumah suci semacam gereja yang super besar dan didaulatnya sebagai pusat keagamaan baru dunia di Sana’a (1). Segala cara ia lakukan untuk mengubah arus konstelasi ziarah dunia dan memindahkan pusat perhatian agama dari Mekkah ke Sana’a.

Pertarungan politik-agama semacam ini tak lekang oleh zaman –dalam konteks dan skalanya masing-masing. Masing-masing kelompok berebut pengaruh: siapa yang paling besar daya tariknya. Tuhan dan spiritualitas dimarjinalkan, lalu digantikan oleh rasa dahaga terhadap legitimasi kekuasaan dan ekonomi. Pengajian tak lagi menjadi sumur jernih untuk mendekat kepada Rabb, tetapi ruang untuk menepuk-nepuk dada sendiri sebagai yang terhebat dan terbaik, sekaligus menjelek-jelekkan kelompok lain yang dianggap tak murni, tak putih, tak lurus, dan tak benar.

Masjid barangkali didirikan secara megah dengan arsitektur mewah, tetapi menjadi sekadar daya tarik bisnis. Kumpulan orang yang datang, serobongan peziarah yang berwisata. Bahkan, jalur-jalurnya telah dipetakan dalam paket-paket wisata religi. Lengkap dengan kompleks pemakaman, hotel dan wisma, toko pernik oleh-oleh, lokasi pemandangan, dan para juru dakwah yang menjadi pemandunya.

Abrahah, dan para pendahulunya, telah memulai perkara geser-menggeser magnet politik-agama. Sialnya, niat menjadikan Sana’a sebagai pusat keagamaan baru dunia terlacak dan tak disukai orang-orang Arab,an.

Viral Ustad ini bliang onani siang haritidak batalkan puasa.macam mana ini ustad

Sebuah video viral di jagat maya, Salah seorang daih yang biasa dipanggil Ustad Yazid mengatakan bahwa onani di siang hari saat puasa tidak membatalkan puasa.

Dia mengatakan bahwa, memang mayoritas ulama beranggapan onani membatalkan puasa, tetapi ada beberapa ulama yang juga beranggapan onani tidak membatalkan puasa.

“Istimna (Onani) ini kalau jumhur ulama berpendapat batal,” kata Yazid dalam vudeo tersebut.

“Tetapi imam ibnu Hazam Imam Assaukani dan Syekh Albani berpendapat bahwa itu tidak membatalkan puasa.” Tambahnya.

Di melanjutkan bahwa pendapat tidak membatalkan puasa ini pendapat yang kuat. Sebab menurutnya tidak ada dalil yang mengatakan onani saat puasa membatalkan. Dia mengklaim, onani saat puasa hanya dosa yang didapat, tetapi tidak membatalkan puasa.

“Dan ini kuat karena tidak ada dalil yang mengatakan batal. Dengan Istimna itu dia mengeluarkan mani dengan onani itu dia berdosa karena ngga ada keterangan atau mash atau dalil,” katanya.

Berbeda dengan pendapat Ustad Muhammad Abdullah Tuasikal. Dikutip dari Rumaysho, Tuasikal mengatakan onani saat puasa membatalkan puasa tersebut. Dia berpegang pada dalil hadis dari Bukhari.

?????? ?????????? ?????????? ?????????? ???? ???????
“Orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwat, makan dan minumnya.” (HR. Bukhari no. 7492).
“Dan onani adalah bagian dari syahwat” tulis Tuasikal.

Kemudian, Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata,

?????? ?????????? ???????? ?????? ?????? ?????????? ? ????? ???????? ???????? ???? ????? ???? ???????? ? ?????? ???????? ?????? ???????? ? ????????? ??? ??????? ??????????? ??? ???????? ???????????

“Jika seseorang mengeluarkan mani secara sengaja dengan tangannya, maka ia telah melakukan suatu yang haram. Puasanya tidaklah batal kecuali jika mani itu keluar. Jika mani keluar, maka batallah puasanya. Karena perbuatan ini termasuk dalam makna qublah yang timbul dari syahwat.”

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 322) berkata, “Jika seseorang mencium atau melakukan penetrasi selain pada kemaluan istri dengan kemaluannya atau menyentuh istrinya dengan tangannya atau dengan cara semisal itu lalu keluar mani, maka batallah puasanya. Jika tidak, maka tidak batal.”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Jika seseorang memaksa keluar mani dengan cara apa pun baik dengan tangan, menggosok-gosok ke tanah atau dengan cara lainnya, sampai keluar mani, maka puasanya batal. Demikian pendapat ulama madzhab, yaitu Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, dan Ahmad. Sedangkan ulama Zhohiriyah berpendapat bahwa onani tidak membatalkan puasa walau sampai keluar mani. Alasannya, tidak adanya dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang membuktikan bahwa onani itu membatalkan puasa. Dan tidak mungkin kita menyatakan suatu ibadah itu batal kecuali dengan dalil dari Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sama halnya dengan pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Buya Yahya. Dia mengatakan bahwa onani saat puasa membatalkan. Dia menilai, onani adalah perbuatan dosa. Berpuasa artinya menahan diri sari perbuatan dosa.

“Yang mengeluarkan mani dengan sengaja, batal puasanya, dan onaninya saja sudah dosa, di bulan Ramadan dosa plus dosa. Membatalkan puasa saja dosa. Contoh membatalkan puasa dengan yang tanpa dosa. Contohnya makan, itu saja sudah dosa. Apalagi onani,  berarti membatalkan puasa dengan cara yang haram pula.” Ujar Buya Yahya.

Sumber: www.fin.co.id

Keistimewaan nabi dan rasul bisa Bicara langsung dengan Allah

Punya Keistimewaan, Nabi & Rasul Ini Bisa Bicara Langsung dengan Allah
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW. Dapat berdialog dengan Allah SWT adalah dambaan bagi umat muslim di seluruh dunia. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk berkeluh kesah dan memanjatkan harapan kepada Allah SWT adalah dengan berdoa.

Namun, tidak dengan beberapa orang di muka bumi ini yang dijuluki dengan nabi dan rasul. Seorang nabi dan rasul ialah seorang manusia yang ditunjuk oleh Allah SWT untuk mengemban amanah yang mulia bagi umat manusia dengan diberikannya beberapa keistimewaan.

Salah satu keistimewaan tersebut ialah dapat berbicara langsung dengan Allah SWT.

1 dari 5 halaman

QS Al-Baqarah: 253

Di dalam Alquran, dijelaskan bahwa terdapat beberapa rasul yang diberi kelebihan untuk menunjukkan kepada manusia jalan kebenaran sesuai perintah Allah SWT. Ayat yang menjelaskan lebih lanjut mengenai keistimewaan tersebut adalah pada QS Al-Baqarah ayat 253 yang berbunyi:

"Tilkarrusulu fadh-dhalnaa ba'dhadum 'ala ba'dhin minhum man kallamallahu warafa'a ba'dhahum darajaatin waaatainaa 'iisaabna maryamal bai-yinaati wa-ai-yadnaahu biruuhil qudusi walau syaa-allahu maaqtatalal-ladzina min ba'dihim min ba'di maa jaa-athumul nai-yinaatu walakiniikhtalafuu faminhum man aamana waminhum man kafara walu syaa-allahu maaqtataluu walakinnallaha yaf'alu maa yuriid(u)"

Artinya:
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus.

Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman da nada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya".

2 dari 5 halaman

Tafsir QS Al Baqarah:253

Dikutip dari Kementerian Agama Republik Indonesia, dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa di antara para rasul yang dipilih untuk memberikan jalan kebenaran di muka bumi, Allah membukakan kesempatan untuk berbicara langsung kepada-Nya tanpa perantara apapun termasuk malaikat Jibril.

Rasul yang dimaksud ini adalah Nabi Musa AS. Maka dari itu, Nabi Musa di sini dijuluki sebagai Kalimullah yang bermakna, Nabi yang diajak berbicara langsung oleh Allah SWT.

Selain itu, dalam ayat ini juga dijelaskan beberapa keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Isa AS dan Muhammad SAW untuk menyampaikan ajaran dan jalan kebenaran bagi umat manusia pada kala itu.

3 dari 5 halaman

Nabi Muhammad SAW

Dalam Alquran telah banyak disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul Allah yang terakhir untuk seluruh umat manusia, tidak seperti rasul-rasul sebelumnya yang hanya diutus Allah untuk suatu kaum tertentu.

Alquran menjadi mukjizat terbesarnya sekaligus pedoman yang sempurna bagi umat manusia pada kala itu hingga akhir zaman nanti. Nabi Muhammad SAW juga diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat berbicara langsung tanpa melalui malaikat Jibril atau yang lainnya.

Dilansir dari akun Youtube Al-Bahjah TV, seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi, Imam Farrow, Imam Baqowi, dan Imam Qodiyat bahwasanya Nabi Muhammad SAW melihat dan berbicara kepada Allah SWT dengan mata kepala beliau yang suci.

Rasulullah berdialog dengan Allah secara langung pada saat peristiwa Isra Miraj yakni peristiwa perjalanan malam Rasulullah dari Mekah ke Masjid Aqsa dan naik ke arsy (langit ke tujuh). Diketahui bahwa pada peristiwa tersebut, Rasulullah mendapatkan perintah untuk shalat 50 waktu.

Kemudian, saat Rasulullah turun dari Arsy dia berdialog dengan Nabi Musa terkait dengan hal tersebut. Nabi Musa lantas memberikan pendapat agar Rasulullah meminta kepada Allah SWT agar jumlah waktu salat bagi umat manusia dikurangi. Kemudian Rasulullah kembali naik untuk berdialog dengan Allah SWT di Sidrotulmuntaha, tempat yang telah dipersiapkan khusus untuk Rasulullah SAW. Alhasil, Allah mengabulkan permohonan Rasulullah, dari salat 50 waktu menjadi lima waktu.

4 dari 5 halaman

Nabi Musa AS

Sama halnya dengan Rasulullah SAW, Nabi Musa AS juga mendapat keistimewaan untuk berdialog dengan Allah SWT secara langsung. Namun lain halnya dengan Rasulullah, Nabi Musa yakni berdialog dengan Allah ketika Nabi Musa sedang berada di Bukit Tursina.

Dikutip dari dream, Nabi Musa pada saat itu naik ke Bukit Tursina setelah menyempurnakan 40 malam dengan berpuasa dan beribadah di atas bukit tersebut.

Pada peristiwa inilah Allah SWT berfirman dan menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa AS.

"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah musa, 'Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.." (QS Al-A'raf: 143).

5 dari 5 halaman

Nabi Adam AS

Nabi Adam AS juga merupakan salah satu nabi yang diberi keistimewaan untuk berbicara langsung kepada Allah SWT. Hal ini lantaran Nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan ditempatkan di surga bersama Hawa.

Setelah terusir dari surga dan diturunkan ke bumi karena godaan iblis, Nabi Adam AS pun mendapatkan pesan secara langsung dari Allah SWT. Dikutip dari Dream, Imam Ar Razi dalam kitab Tafsir Ar Razi menjelaskan bahwa Allah berpesan kepada Nabi Adam AS untuk selalu menyembah-Nya, adanya pembalasan di setiap perbuatannya dan keturunannya, perintah untuk berdoa, dan anjuran untuk berbuat baik kepada sesam,a.

Bulan Ramadhan dan kebenaran pprediksi konstatinopel

Muhammad Al Fatih membeaskan Konstantinopel.
Muhammad Al Fatih membeaskan Konstantinopel Banyak peristiwa penting dalam sejarah umat Islam yang terjadi pada bulan suci Ramadhan. Di antaranya adalah pembebasan Kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih.

Pada Ramadhan 825 H, Sultan Murad II dari Kekhalifahaan Turki Usmani mengepung Kota Konstantinopel (sekarang Istanbul). Akan tetapi, setelah perang berkepanjangan melawan tentara Romawi, Sultan Murad II dan pasukannya tidak berhasil menguasai kota milik Kerajaan Bizantium tersebut.

Konstantinopel baru berhasil direbut oleh tentara Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau Sultan Muhammad al-Fatih. Pengepungan terjadi dari 6 April 1453 hingga 29 Mei 1453 ketika tentara Turki Usmani (Ottoman) berhasil menguasai kota tersebut.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Ottoman menandai kehancuran Kekaisaran Romawi yang bertahan 1.500 tahun lamanya. Kemenangan umat Islam atas Bizantium telah diprediksi oleh Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadis, Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, “Saat kami menulis di sekeliling Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari kedua kota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW menjawab, ‘Kota Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu.’ Maksudnya adalah Konstantinopel.” (HR Ahmad).

Dalam sebuah kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, “Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir (khalifah) adalah amir (khalifah) yang memimpin penaklukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).

Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan semangat jihad, pasukan Sultan Muhammad atau Mehmed II akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel. Harapan dan impian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yang telah dirintis sejak tahun 664 M akhirnya tercapai.

Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun itu akhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan Turki Usmani berkibar di langit Konstantinopel, kota impian para raja, kaisar, dan sultan. Konstantinopel pun memasuki era baru. Kota itu lalu berganti nama menjadi Istanbul yang berarti kota Islam sekaligus menjadi ibu kota Kerajaan Ottoman.

Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan Turki Usmani mulai menegakkan hukum di kota itu. Tak ada pembantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan, pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umat Kristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalin persahabatan dengan Yunani.

Tentang prediksi wafatnya Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib (ilustrasi)
 Ali bin Abi Thalib merupakan salah seorang sahabat mulia Nabi Muhammad SAW. Bahkan, keponakan Rasulullah SAW itu merupakan khalifah keempat dalam masa khulafaur rasyidin. Sejarah mencatat, menantu Nabi SAW itu gugur saat sedang mengimami shalat subuh berjamaah di masjid.

Jauh sebelumnya, Rasulullah SAW pernah memprediksi nasib yang akhirnya menimpa Ali tersebut. Suatu kali, beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada tokoh berjulukan "Singa Allah" itu.

"Sungguh, orang yang paling binasa dari umat terdahulu adalah para penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih). Dan, manusia yang paling celaka dari umat ini (umat Islam) adalah yang membunuhmu, wahai Ali," kata Rasulullah SAW.

Lantas, beliau menunjuk kening Ali. Sebab, di sanalah titik pedang pembunuhnya nanti akan menancap.

Bertahun-tahun sesudah Rasulullah SAW wafat, prediksi itu menjadi kenyataan. Tanggal 21 Ramadhan tahun 40 H adalah waktu yang direncanakan para pembunuh Ali.

Untuk diketahui, pemerintahan Khalifah Ali mewarisi kekacauan yang terjadi sejak masa-masa sebelumnya. Setelah kematian Utsman bin Affan, muncul dua kelompok sesat yang paling bertolak belakang dengan ajaran Islam. Keduanya adalah Khawarij dan Rafidhah.

Rafidhah dianggap sesat karena terlalu mengagungkan Ali, sementara Khawarij dianggap sesat karena mengkafirkan khalifah. Bahkan, mereka menganggap darah Ali halal ditumpahkan.

Berdasarkan catatan sejarah, kaum Khawarij telah merencanakan pembunuhan Ali. Adapun eksekutornya bernama Ibnu Muljam.

Menjelang Subuh, Ali tengah berjalan menuju masjid untuk shalat Subuh. Wajahnya bersinar, menanti jalan yang telah ditentukan Allah. Tiba-tiba, Ibnu Muljam menghunuskan pedangnya yang telah diolesi racun tepat di kening Ali.

Orang-orang yang ada di masjid sangat terkejut dan segera membopong Ali ke rumahnya. Kepalanya dibalut kain agar darah tidak mengucur. Namun, Ali tidak bisa bertahan lebih lama lagi karena racun yang terdapat di pedang yang menebasnya. Ia meninggal dua hari kemudian.

Ali dimakamkan di Kota Najaf, dekat Kota Kufah. Pemakam an tersebut dilakukan dengan rahasia dan selesai pada malam hari. Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, berakhir pulalah masa kekhalifahan dalam Islam. Kekhalifahan setelah itu digantikan dengan sistem dinasti.mtk.

perbedaan antara Aqidah,tauhid dan manhaj

Perbedaan antara Aqidah, Tauhid dan Manhaj
.
Istilah aqidah, tauhid dan manhaj sangat sering kita dengar terutama di kalangan penuntut ilmu. Istilah-istilah ini memiliki pengertian yang berbeda apabila dirinci
.
Hendaknya penuntut ilmu berusaha memahami hal ini, yang menujukkan ia berusaha paham dasar agama. Belajar agama dari dasar merupakan cara beragama yang baik dan mengantarkan kepada kebahagiaan
.
Kita tidak berharap tidak ada penuntut ilmu yang gemar berdebat kusir padahal membedakan definisi dasar ini saja tidak paham.
.
Manhaj Lebih Luas daripada Aqidah
.
Secara umum, manhaj lebih luas dari pada aqidah karena manhaj adalah metodologi beragama yang meliputi aqidah, akhlak, muamalah dan lain-lainnya. Aqidah lebih luas daripada tauhid, karena aqidah mencakup aqidah terkait apa yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan kepada kita meliputi aqidah terkait dengan mengesakan Allah (tauhid), aqidah terhadap rasul-Nya, kitab-Nya, malaikat, hari akhir, takdir dan lain-lain.
.
Syaikh Shalih Fauzan menjelasakn bahwa manhaj lebih luas daripada aqidah, beliau berkata:
.
ج / المنهج أعم من العقيدة ، المنهج يكون في العقيدة وفي السلوك والأخلاق والمعاملات وفي كل حياة المسلم ، كل الخطة التي يسير عليها المسلم تسمى المنهج .
أما العقيدة فيراد بها أصل الأيمان ، ومعنى الشهادتين ومقتضاهما هذا هي العقيدة
.
“Manhaj lebih umum daripada aqidah. Manhaj meliputi aqidah, perilaku, akhlak, muamalah dan setiap hidup seorang muslim. Setiap langkah (metodologi) yang di mana seorang muslim berjalan disebut dengan manhaj. Adapun aqidah maksudnya adalah dasar iman, makna syahadat dan konsekuensinya.” [Al-Ajwibatul Mufidah hal. 75]
.
Aqidah Lebih Luas daripada Tauhid
.
Aqidah lebih luas daripada tauhid, syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan bahwa aqidah itu mencakup tauhid, jadi aqidah lebih luas, beliau berkata:
.
والعقيدة: هي ما يعتقده الإنسان بقلبه ويراه عقيدة يدين الله بها ويتعبده بها، فيدخل فيها كل ما يعتقده من توحيد الله والإيمان بأنه الخلاق الرزاق وبأنه له الأسماء الحسنى والصفات العلى
.
“Aqidah adalah apa yang menjadi keyakinan kuat seseorang di hatinya dan ia beranggapan dengan aqidah itu ia beragama dan menyembah Allah. Termasuk di dalam cakupan aqidah adalah tauhid kepada Allah dan beriman bahwa Allah Paha Pencipta, Maha Pemberi Rezeki dan Allah memiliki asmaul husna dan sifat yang tinggi.” [Majmu’ Fatawa syaikh Bin Baz 6/277]
.
Catatan Penting:
.
Sebagian ulama tidak membedakan antara aqidah dan manhaj
.
Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali berkata,
.
أنا سمعت الشيخ ابن باز لا يفرّق بين العقيدة والمنهج ويقول: كلّها شيء واحد، والشيخ الألباني يفرّق، وأنا أفرّق، أرى أنّ المنهج أشمل من العقيدة، فالمنهج يشمل العقيدة ويشمل العبادات ويشمل كيف تتفقّه ويشمل كيف تنتقد، ويشمل كيف تواجه أهل البدع .
“Aku mendengar syaikh bin Baz tidak membedakan antara aqidah dan manhaj, kedua hal ini sama. Syaikh Al-Albani membedakan dan aku juga membedaan. Aku berpendapat bahwa manhaj lebih luas daripada aqidah. Manhaj mencakup aqidah, mencakup ibadah dan mencakup cara berfikih, mencakup metode mengkritik/menyangah dan menghadapi (menyanggah) ahli bid’ah.” [sumber: http://www.rabee.net/ar/questions.php?cat=31&id=318]
.
Sebagian ulama menyamakan antara aqidah dan iman
.
Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata,
.
العقيدة هى الإيمان وهو ما يعتقده القلب ويؤمن به، فالعقيدة والإيمان شئٌ واحد، وهما من أعمال القلوب
.
“Aqidah adalah iman yaitu apa yang menjadi keyakinan hati seseorang dan beriman dengannya. Aqidah dan iman adalah sama. Keduanya merupakan amalan hati.” [sumber : https://www.alfawzan.af.org.sa/en/node/15448]
.
Demikian semoga bermanfaat
.
@ Lombok, Pula Seribu Masjid
.
Penyusun: Raehanul Bahraen

Doa Menyembelih Ayam

Doa Menyembelih Ayam