Archive for 05/02/20

02 May 2020

Panglima Militer Ottaman,penakluk kontatinopel

Komandan pasukan kavaleri Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaam Ottoman) bernama Ulubatli Hasan, sangat berkesan dalam pertempuran ini.

 Sejarah dunia mencatat perang mahadahsyat terjadi di Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Romawi di bagian timur, 29 Mei 1453. Bukan cuma Sultan Mehmed II yang jadi sosok mahsyur dalam penaklukkan itu. Seorang komandan pasukan kavaleri Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaam Ottoman) bernama Ulubatli Hasan, dikenang usai kematiannya dalam pertempuran ini.

Kisah keberanian Hasan diabadikan oleh mendiang penulis asal Amerika Serikat (AS), John Freely, dalam bukunya “The Companion Guide to Istanbul: And Around the Mamara” yang diterbitkan pada tahun 2000 silam.

Saat pasukan Ottoman di bawah komando Sultan Mehmed II melakukan serangan terakhirnya ke benteng Konstantinopel usai Salat Subuh. Setelah sangkakala berbunyi, ribuan pasukan Ottoman bergerak maju ke arah benteng.

Dalam buku tersebut, Hasan memimpin 30 orang anak buahnya untuk bergerak cepat memanjat dinding benteng Konstantinopel. Hanya bermodalkan pedang dan sebuah perisai, serta satu bendera Kesultanan Ottoman, Hasan dan pasukannya jadi yang pertama berhasil memanjat dinding benteng.

Pasukannya pun berjatuhan akibat hujan anak panah yang dilepaskan pasukan Konstantinopel. Meski di bawah hujan anak panah, keberanian Hasan tetap terjaga dan mampu mencapai puncak benteng.

Sayang, meski mampu menggapai puncak benteng tajamnya anak panah pasukan Konstantinopel pun merobek badannya. Freely mencatat, ada 27 anak panah yang menancap di tubuh Hasan yang saat itu masih berusia 25 tahun.

Sebagai seorang perwira militer, Hasan tak menyerah begitu saja. Meski nyawanya sudah hampir hilang, ia tetap berusaha menumbangkan prajurit Konstantinopel di atas Benteng, hingga akhirnya 12 orang anak buahnya tiba dan membantunya. 

Sesaat kemudian, bendera merah dengan bulan sabit dan bintang berhasil dikibarkan Hasan di salah satu sudut benteng. Sayang, hanya beberapa saat simbol Islam itu berkibar, tubuh Hasan pun roboh. Hasan pun menghembuskan nafas terakhirnya dan selalu dikenang sebagai salah satu martir Islam yang paling mahsyur dalam sejarah.

Tak cuma Freely yang mengabadikan kisah heroik Hasan dalam bukunya. Sebuah film berjudul “Fetih 1453” yang keluar pada tahun 2012, juga menunjukkan bagaimana keberanian Hasan menunjukkan kekuatan Islam di era itu. Dalam film karya sutradara papan atas Turki, Faruk Aksoy, sosok Hasan diperankan oleh aktor yang juga berasal dari Turki, Ibrahim Celikkol.

penyemangat rasullulah pada perang uhud,ummu umarah.

Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah, Rabu (12/9). Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah  saat pasukan Muslim terdesak pada Perang Uhud.
Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah, Rabu (12/9). Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah saat pasukan Muslim terdesak pada Perang uhud

'Siapakah yang sanggup melakukan seperti yang engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?” ujar Rasulullah memuji.

Bukit Uhud, 7 Syawal 3 H/ 22 Maret 625 M.  Sekitar 700 pasukan tentara Muslim yang dipimpin Rasulullah SAW bertempur melawan 3.000 tentara kafir di bawah komando Abu Sufyan. 

Kemenangan yang hampir diraih umat Islam, berubah menjadi kekalahan, setelah pasukan Muslim mengabaikan perintah Rasulullah SAW.

Pasukan kafir pun memukul balik serangan tentara Muslim.  Mereka berniat untuk membunuh Rasulullah SAW. 

Melihat pasukan Muslim yang terjepit, seorang prajurit Muslimah bernama Ummu Umarah atau Nasibah binti Ka'ab al-Anshariyah justru tampil mengangkat pedang. 

Dengan penuh keberanian, Ummu Umarah menghadang laju tentara kafir yang berniat membunuh Nabi Muhammad SAW.

''Siang itu, sambil membawa sekendi air, saya keluar menuju Uhud untuk menyaksikan pertempuran kaum Muslimin.  Awalnya, tentara Muslim memenangkan pertempuran.  Namun, ketika pasukan Islam mulai kalah, saya langsung terjun ke medan laga. Saya halau segala serangan yang datang ke arah Rasulullah dengan pedang saya,'' kisah Ummu Umarah seperti dituturkan Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat

Ummu Umarah adalah sosok Muslimah yang ikut berjihad dan pemberani, dan tidak takut mati di jalan Allah. Keberanian wanita dari Bani Mazim An-Najar itu membuat Rasulullah SAW bangga. ''Siapakah yang sanggup melakukan seperti yang engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?” ujar Rasulullah memuji.

Ia salah satu dari wanita Madinah yang bersegera masuk Islam. Mujahidah yang satu ini juga tercatat sebagai satu dari dua Muslimah yang pergi bersama generasi Anshar ke Makkah untuk berbai’at kepada Rasulullah. Keluarga Ummu Umarah dikenal sangat pemberani. 

Ketika Rasulullah SAW memimpin pasukannya menuju bukit Uhud, ia bersama suaminya, Ghaziyah bin Amr serta dua buah hatinya, Abdullah dan Hubaib tutur bergabung. Awalnya, Ummu Umarah bertugas sebagai perawat tentara yang terluka serta menyediakan minuman.

Ummu Umarah tak gentar saat menghadapi Ibnu Qumai'ah yang penuh amarah hendak membunuh Rasulullah. Serangan demi serangan, ia halau dengan pedangnya. 

Hingga, ia mengalami luka pada bagian pundaknya. Ummu Umarah mengisahkan peristiwa heroik yang dialaminya pada Perang Uhud dengan penuh semangat.

“Aku melihat banyak di antara kaum Muslimin yang lari kocar-kacir dan menginggalkan Rasulullah. Hingga tinggal tersisa beberapa orang yang melindungi beliau termasuk aku, kedua anakku, sedangkan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya. Dan Rasulullah melihat aku tidak bersenjata,'' ungkap Ummu Umarah.

Saat  melihat seorang tentara Muslim yang mundur, Rasulullah pun berkata,''Berikan senjatamu kepada orang yang sedang berperang.”  Ummu Umarah pun lalu mengambil pedang yang dilembaprkan tentara yang lari tersebut dan segera melindungi Nabi SAW dari gempuran musuh.

Ummu Umarah adalah teladan bagi para Muslimah. Ia telah mengorbankan dirinya  di jalan  jihad membela agama Islam. 

Ia telah menunaikan kewajibannya sesuai dengan kemampuannya, baik di waktu perperang maupun di waktu aman. 

Ia telah turut serta bersama Rasulullah SAW  dalam Bai’atur Ridwan di Hudaibiyah, yaitu bai’at perjanjian untuk membela agama Allah. 

Tak hanya berjuang di Perang Uhud, Ummu Umarah pun tampil mengangkat panji-panji pasukan Muslim Perang Hunain. Tak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,  sebagian kabilah yang dipimpin Usailamah al-Kadzab murtad. 

Bahkan, Usailamah mengaku sebagai nabi. Khalifah pertama Abu Bakar ash-Shidiq pun memutuskan untuk memerangi nabi palsu itu.

Mendengar kabar itu, Ummu Umarah pun segera  mendatangi Abu Bakar Ash-Shidiq. Ia mohon izin untuk turut berjuang ke medan perang bersama pasukan Muslim yang akan memerangi orang-orang murtad dari Islam. Mendenfar permohonan itu, Abu Bakar pun berkata, ''Sungguh kami telah menyaksikan pengorbananmu di medan jihad, maka keluarlah (untuk berperang) dengan menyebut nama Allah.”

Secara khusus, Rasulullah SAW pun mendoakan Ummu Umarah. Ketika sang mujahidah terluka,  Rasulullah SAW berkata kepada putra Ummu Umarah, ''Ibumu! Ibumu! Balutlah lukanya.  Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di surga.''

Ummu Umarah adalah seorang sahabat Rasul yang senantiasa mengaplikasikan keislamannya dalam amal nyata. Keberaniannya dalam setiap situasi menjadikannya sosok pahlawan sejati.  

Obsesi hidupnya begitu mulia, yakni mencari kemuliaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Sebuah obsesi yang sungguh mulia.n

Rasululah menangis terseduh-seduh,melihat kematian pria tampan dari mekkah



Dalam berbagai riwayat disebutkan, Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat yang amat luar biasa. Salah satu yang tersohor adalah Mush'ab bin Umair. 

Pemuda Quraisy yang digambarkan sebagai sosok yang sangat mulia, tampan, harum, gagah serta memiliki jiwa kepemudaan yang amat luar biasa.

Habib Ali Al-Kaff dalam sebuah kesempatan menyampaikan, Mush'ab merupakan pemuda yang sangat tampan luar biasa. 

Dia hidup bergelimang harta dan amat sangat dimanjakan oleh orangtuanya yang tersohor.

Dia menjadi salah seorang pemuda yang sangat beruntung dengan harta yang bergelimang. Pakaian yang ia kenakan setiap hari sungguh indah dan wangi. 

Tak banyak pemuda di Makkah yang menyerupainya saat itu. Karena ketampanannya itu pula, Mush'ab sering menjadi buah bibir para gadis di Makkah.

"Sayyiduna Mush'ab memiliki wajah yang mirip dengan Rasulullah SAW," terang Habib Ali Al-Kaff.

Suatu ketika, Mush'ab mendengar kabar tentang dakwah Rasulullah. 

Singkat cerita, Mush'ab mengakui dan mengimani ajaran Rasulullah dengan mengucapkan kalimat syahadat. 

Dia pun selalu datang dalam setiap kajian yang dilaksanakan bersama umat muslimin.

Awal memeluk Islam, ia menyembunyikan itu dari ibunya. 

Namun suatu ketika, sang ibu mengetahui jika putera yang sangat ia sayangi itu memeluk Islam. 

Sang ibu yang sangat berpendirian keras dan tegas pun tak terima dengan langkah yang diambil Mush'ab.

Ketika itu, Mush'ab pun diberikan pilihan untuk tetap pada ajaran nenek moyangnya atau memeluk ajaran Islam. 

Dengan tegas, Mush'ab memilih Islam dan meninggalkan seluruh kemewahan yang diberikan dan melekat pada dirinya sebagai pemuda Quraisy.

"Kancing baju yang ia kenakan saat berada di Madinah pun terbuat dari duri," tambah Habib Ali Al-Kaff yang menceritakan kehidupan Mush'ab saat melepas kesenangan dunia karena kecintaannya kepada Allah SWT.

Dia kembali mendatangi Rasulullah dengan mengenakan pakaian yang ditambal di sana sini, dan tak lagi wangi seperti sebelumnya. 

Mush'ab memilih tinggal disisi Rasulullah dan menjalankan syiar Islam. Dia juga senantiasa ikut serta dalam setiap peperangan.

Mush'ab sendiri gugur dalam Perang Uhud. Kematian Mush'ab, pemuda tampan yang penuh keberanian itu menbuat Rasulullah SAW merasakan kesedihan yang luar biasa. 

Saat menghampiri jasad Mush'ab yang tergeletak, Rasulullah SAW pun menangis hingga tersedu-sedu.

Saat itu, Rasulullah hendak mengenakan kafan pada Mush'ab dengan baju yang dikenakan Mush'ab saat perang. 

Namun saat kain pada bajunya ditarik hingga ke kepala, kaki Mush'ab kelihatan. Ketika kain ditarik ke kaki, kepala Mush'ab kelihatan.

Lalu Rasulullah berkata, " Wahai Mush'ab,, sungguh aku tak pernah melihat pakaian yang lebih indah selain pakaianmu di Makkah. Dan saat ini engkau wafat dan kain kafanmu tak cukup untuk menutup auratmu,".

Pelajaran yang dipetik dari sosok Mush'ab adalah, keteguhan hatinya yang amat luar biasa dalam keimanannya. 

Dia rela meninggalkan keindahan duniawi untuk mencapai ridha Allah SWT. Sebagai pemuda yang memiliki jiwa semangat tinggi, Mush'ab menjadi salah satu sahabat Rasulullah SAW yang sifatnya patut diteladani

Doa Menyembelih Ayam

Doa Menyembelih Ayam