Archive for May 2020

04 May 2020

Ada 12 kaum dibinasakan Allah,dan ganti kehudupan baru

Reruntuhan komplek Istana Ratu 

Dalam Al Quran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Dosa yang mereka lakukan sudah sedemikian menggurita. Sekalipun bangsa-bangsa tersebut dalam kategori/deretan bangsa yang kuat dan maju (secara pisik), ditandai dengan income yang surplus, memiliki teknologi yang sangat canggih.

Sebagian dari perdaban manusia ini ada yang masih bisa ditemukan oleh ilmi pengetahuan, namun ada pula tak ditemukan jejaknya arena sudan ribbaan tahun lampau. Hanya kita suci yang sanggup menceritakannya. A

Sesungguhnya siksa di dunia ini tidak akan diturunkan oleh-Nya tanpa ada sebab-sebab yang mengundangnya/menyertainya. Dia tidak menurunkan siksa-Nya secara mendadak. Kecuali mayoritas penghuninya telah berbuat kerusakan. Sedangkan kritik sosial (amar bil ma’ruf dan nahi ‘anil munkar) diabaikan. Berarti penyakit sosial sudah menular. Sehingga yang ma’ruf (dikenali hati) menjadi munkar (diingkari hati). 

Yang mungkar menjadi makruf. Efeknya pihak yang berada level elitis (qiyadah) adalah preman yang didukung pemodal (jaladul fajir), orang yang shalih lemah dan terisolir dari akses ekonomi dan kekuasaan (‘ajzuts tsiqati).

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Kerusakan di darat dan di laut adalah akibat perilaku buruk manusia sendiri. Allah menimpakan adzab kepada manusia akibat dari sebagian keburukan yang mereka lakukan. Dengan adanya adzab itu semoga mereka mau bertaubat kepada Allah.” (QS: Ar Rum [30]: 41)

Merujuk Kitab Shofwatut Tafasir oleh Syeikh Ali Ash Shobuni “bima kasabat aidinnas” artinya bi sababi katsrati dzunubihim (disebabkan banyaknya dosa-dosa mereka).

Man saa-a khuluquhi ‘adzdzaba nafsahu (barangsiapa yang jelek akhlaknya  menyakiti diri sendiri). Kata Ali bin Abi Thalib. Itulah bentuk keadilan Allah Subhanahu Wata’ala di dunia. Berbuat baik membuat hati pelakunya senang, berbuat dosa akan dirasakan oleh pelakunya adanya gugatan batin (nafsu lawwamah). Jika tidak diselesaikan akan menjadi penyakit jiwa. Bahkan dosa tersebut menyakiti pepohonan, hewan dan makhluk lainnya, hanya saja kita tidak memahami secara persis keluhan mereka. Besok pohon ghorqod akan berbicara untuk menunjukkan kepada kita tempat persembunyian Yahudi.

كَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِّن قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ

“Dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.” (QS: Muhammad [47]: 13).

Berikut  ini adalah bukti-bukti dari campur tangan ghaib (Allah subhanahu wa ta’ala)  atas kehancuran 12 kaum.

1. Kaum Nabi Nuh   

Nabi Nuh berdakwah selama satu melenium lebih (950 tahun), namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh.

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَاراً
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَاراً
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَاراً

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh (71) : 5-7).

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَاماً فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh.” (QS: Al-Ankabut [29]: 14).

2. Kaum Nabi Hud

Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS At Taubah: 70, Al Qamar: 18, Fushshilat: 13, An Najm: 50, Qaaf: 13).

أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وِأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.” (QS: At Taubah (9) : 70).

‘Aad adalah kaum Nabi Hud, Tsamud ialah kaum Nabi Shaleh; penduduk Madyan ialah kaum Nabi Syu’aib, dan penduduk negeri yang telah musnah adalah kaum Nabi Luth a.s.

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ

“Kaum ‘Aad pun mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS: Al Qamar (54) : 18).

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.” (QS: Fushilat [41]: 13).

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَاداً الْأُولَى

“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama, (QS: An Najm [53]: 50). “Dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth.” (QS: Qaf [50]: 13).

3. Kaum Nabi Shalih

Nabi Shalih diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Kemudian Nabi Shalih membuat jadual minum. Namun, kaumnya tidak mau antri dengan unta. Bahkan, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ

“Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul.” (QS: Al Hijr [15]: 80).

Penduduk kota Al-Hijr ini ialah kaum Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Suriaah. Yang dimaksud Rasul-rasul di sini ialah shaleh. Mestinya di sini disebut rasul, tetapi disebut Rasul-rasul (Jama’) karena mendustakan seorang Rasul sama dengan mendustakan semua rasul-rasul.

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْاْ فِيهَا أَلاَ إِنَّ ثَمُودَ كَفرُواْ رَبَّهُمْ أَلاَ بُعْداً لِّثَمُودَ

“Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS: Hud [11] : 68).

Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu, sehingga mereka hancur lebur oleh guntur itu, tanpa bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada.

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ

“Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud.” (QS: Qaf [50]: 12).*

Kaum Nabi Syuaib

Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).

Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS AlHijr: 78, Alsyu’araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).

Firaun

Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).

Ashab Al-Sabt

Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (QS Al-A’raaf: 163).

Ashab Al-Rass

Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib. Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).

Ashab Al-Ukhdudd

Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (QS Alburuuj: 4-9).

Ashab Al-Qaryah

Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS Yaasiin: 13).

Kaum Tubba’

Tubaa’ adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air (QS Addukhan: 37).

Kaum Saba

Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma’rib dengan banjir besar (Al-Arim) (QS Saba: 15-19). 

03 May 2020

Sejarah air sumur Zam-zam makkah

Sejarah Sumur Zamzam di Makkah. Foto: Para jamaah haji baik perepmuan dan wanita bertawaf di sekitar Ka
Sejarah Sumur Zamzam di Makkah. Foto: Para jamaah haji baik perepmuan dan wanita bertawaf di sekitar Ka

Rasanya, tidak ada satu pun umat Muslim yang tak mengetahui soal air zamzam. Salah satu mukjizat yang tak bisa diingkari dari sumur air zamzam ini adalah airnya yang tak pernah mengering. Sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga kini, air di sumber ini masih saja mengalir. Padahal, jutaan orang memanfaatkan air ini.

Lebih dari itu, rasa air zamzam pun berbeda dengan air yang ada di daerah lain. Rasanya lebih segar dibanding air tersegar dari negeri mana pun. Yang paling menakjubkan, meski disimpan selama bertahun-tahun, air zamzam tidak berlumut. Karena itu, pada setiap musim haji, banyak jamaah menjadikan air zamzam sebagai salah satu oleh-oleh yang wajib dibawa pulang.

Namun, bagaimana sebenarnya sejarah air zamzam? Berbagai hadits shahih menyebutkan bahwa sumur zamzam berawal dari satu peristiwa yang dialami Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, bersama anaknya yang masih menyusui, Ismail AS. Peristiwa yang dialami Siti Hajar ini pula yang menjadi dasar pelaksanaan proses haji.

Alkisah, Siti Hajar dan anaknya, Ismail, ditinggalkan sendirian oleh suaminya, Ibrahim AS, di salah satu tempat di Makkah. Kala itu, Makkah merupakan wilayah tandus tak berpenghuni karena tidak ada sumber mata air. Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail karena harus melaksanakan perintah Allah.

Suatu saat, bekal kurma dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim untuk istri dan anaknya habis. Nabi Ismail yang saat itu masih balita pun menangis terus-menerus karena dahaga. Siti Hajar yang tak tega melihat putranya dalam keadaan seperti itu menjadi kebingungan.

Beliau berlari ke puncak Bukit Safa dan Marwah dengan harapan bisa melihat orang yang melintas dan meminta pertolongan. Namun, hingga tujuh kali berlari, pulang-pergi dari puncak Safa dan Marwah, tidak juga ditemui orang yang melintas. Terkait kejadian itu, HR Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Itulah (asal mula) sai yang dilakukan sekarang antara Safa dan Marwah.”

Terakhir, ketika kembali ke Bukit Marwah, Siti Hajar berdoa, Berikanlah pertolongan kepadaku jika engkau mempunyai kebaikan.” Saat itulah terlihat malaikat Jibril. Dalam hadis Sayyidina Ali RA yang diriwatkan Imam Tobari, disebutkan bahwa Malaikat Jibril bertanya, Siapakah engkau?” Siti Hajar menjawab, Aku adalah Hajar, ibu Ismail.” Jibril kembali bertanya, Kepada siapa engkau berdua dipasrahkan?” Siti Hajar menjawab, Kepada Allah.”

Mendapat jawaban itu, malaikat Jibril berkata, Engkau berdua telah dipasrahkan kepada Yang Maha Mencukupi.”

Selanjutnya, malaikat Jibril mengais tanah dengan tumit kakinya. Namun, dalam riwayat lain, disebutkan dengan sayapnya. Di tempat Jibril itu, terpancarlah air. Demikianlah kisah sumber air zamzam.

Setelah mata air ada di Makkah, wilayah itu berkembang menjadi permukiman penduduk. Setelah Siti Hajar dan Ismail bermukim di sekitar sumber air zamzam tersebut, orang yang kemudian bermukim di wilayah itu adalah orang-orang dari suku Jurhum, Yaman.

Dari segi keutamaannya, sebagian ulama telah mengumpulkan berbagai fadilah dan keutamaan air zamzam. Mereka menyebutkan air zamzam dengan berbagai julukan. Misalnya, air surga (maa’ul-jannah) karena penuh berkah dan manfaat; pencuci kalbu karena malaikat Jibril mencuci kalbu Rasulullah dengan air ini; air berkah karena Rasulullah SAW senang meminumnya; serta air penyembuh karena diyakini bisa menyembuhkan penyakit hati ataupun penyakit jasmani.

02 May 2020

Panglima Militer Ottaman,penakluk kontatinopel

Komandan pasukan kavaleri Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaam Ottoman) bernama Ulubatli Hasan, sangat berkesan dalam pertempuran ini.

 Sejarah dunia mencatat perang mahadahsyat terjadi di Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Romawi di bagian timur, 29 Mei 1453. Bukan cuma Sultan Mehmed II yang jadi sosok mahsyur dalam penaklukkan itu. Seorang komandan pasukan kavaleri Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaam Ottoman) bernama Ulubatli Hasan, dikenang usai kematiannya dalam pertempuran ini.

Kisah keberanian Hasan diabadikan oleh mendiang penulis asal Amerika Serikat (AS), John Freely, dalam bukunya “The Companion Guide to Istanbul: And Around the Mamara” yang diterbitkan pada tahun 2000 silam.

Saat pasukan Ottoman di bawah komando Sultan Mehmed II melakukan serangan terakhirnya ke benteng Konstantinopel usai Salat Subuh. Setelah sangkakala berbunyi, ribuan pasukan Ottoman bergerak maju ke arah benteng.

Dalam buku tersebut, Hasan memimpin 30 orang anak buahnya untuk bergerak cepat memanjat dinding benteng Konstantinopel. Hanya bermodalkan pedang dan sebuah perisai, serta satu bendera Kesultanan Ottoman, Hasan dan pasukannya jadi yang pertama berhasil memanjat dinding benteng.

Pasukannya pun berjatuhan akibat hujan anak panah yang dilepaskan pasukan Konstantinopel. Meski di bawah hujan anak panah, keberanian Hasan tetap terjaga dan mampu mencapai puncak benteng.

Sayang, meski mampu menggapai puncak benteng tajamnya anak panah pasukan Konstantinopel pun merobek badannya. Freely mencatat, ada 27 anak panah yang menancap di tubuh Hasan yang saat itu masih berusia 25 tahun.

Sebagai seorang perwira militer, Hasan tak menyerah begitu saja. Meski nyawanya sudah hampir hilang, ia tetap berusaha menumbangkan prajurit Konstantinopel di atas Benteng, hingga akhirnya 12 orang anak buahnya tiba dan membantunya. 

Sesaat kemudian, bendera merah dengan bulan sabit dan bintang berhasil dikibarkan Hasan di salah satu sudut benteng. Sayang, hanya beberapa saat simbol Islam itu berkibar, tubuh Hasan pun roboh. Hasan pun menghembuskan nafas terakhirnya dan selalu dikenang sebagai salah satu martir Islam yang paling mahsyur dalam sejarah.

Tak cuma Freely yang mengabadikan kisah heroik Hasan dalam bukunya. Sebuah film berjudul “Fetih 1453” yang keluar pada tahun 2012, juga menunjukkan bagaimana keberanian Hasan menunjukkan kekuatan Islam di era itu. Dalam film karya sutradara papan atas Turki, Faruk Aksoy, sosok Hasan diperankan oleh aktor yang juga berasal dari Turki, Ibrahim Celikkol.

penyemangat rasullulah pada perang uhud,ummu umarah.

Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah, Rabu (12/9). Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah  saat pasukan Muslim terdesak pada Perang Uhud.
Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah, Rabu (12/9). Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah saat pasukan Muslim terdesak pada Perang uhud

'Siapakah yang sanggup melakukan seperti yang engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?” ujar Rasulullah memuji.

Bukit Uhud, 7 Syawal 3 H/ 22 Maret 625 M.  Sekitar 700 pasukan tentara Muslim yang dipimpin Rasulullah SAW bertempur melawan 3.000 tentara kafir di bawah komando Abu Sufyan. 

Kemenangan yang hampir diraih umat Islam, berubah menjadi kekalahan, setelah pasukan Muslim mengabaikan perintah Rasulullah SAW.

Pasukan kafir pun memukul balik serangan tentara Muslim.  Mereka berniat untuk membunuh Rasulullah SAW. 

Melihat pasukan Muslim yang terjepit, seorang prajurit Muslimah bernama Ummu Umarah atau Nasibah binti Ka'ab al-Anshariyah justru tampil mengangkat pedang. 

Dengan penuh keberanian, Ummu Umarah menghadang laju tentara kafir yang berniat membunuh Nabi Muhammad SAW.

''Siang itu, sambil membawa sekendi air, saya keluar menuju Uhud untuk menyaksikan pertempuran kaum Muslimin.  Awalnya, tentara Muslim memenangkan pertempuran.  Namun, ketika pasukan Islam mulai kalah, saya langsung terjun ke medan laga. Saya halau segala serangan yang datang ke arah Rasulullah dengan pedang saya,'' kisah Ummu Umarah seperti dituturkan Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat

Ummu Umarah adalah sosok Muslimah yang ikut berjihad dan pemberani, dan tidak takut mati di jalan Allah. Keberanian wanita dari Bani Mazim An-Najar itu membuat Rasulullah SAW bangga. ''Siapakah yang sanggup melakukan seperti yang engkau lakukan, wahai Ummu Umarah?” ujar Rasulullah memuji.

Ia salah satu dari wanita Madinah yang bersegera masuk Islam. Mujahidah yang satu ini juga tercatat sebagai satu dari dua Muslimah yang pergi bersama generasi Anshar ke Makkah untuk berbai’at kepada Rasulullah. Keluarga Ummu Umarah dikenal sangat pemberani. 

Ketika Rasulullah SAW memimpin pasukannya menuju bukit Uhud, ia bersama suaminya, Ghaziyah bin Amr serta dua buah hatinya, Abdullah dan Hubaib tutur bergabung. Awalnya, Ummu Umarah bertugas sebagai perawat tentara yang terluka serta menyediakan minuman.

Ummu Umarah tak gentar saat menghadapi Ibnu Qumai'ah yang penuh amarah hendak membunuh Rasulullah. Serangan demi serangan, ia halau dengan pedangnya. 

Hingga, ia mengalami luka pada bagian pundaknya. Ummu Umarah mengisahkan peristiwa heroik yang dialaminya pada Perang Uhud dengan penuh semangat.

“Aku melihat banyak di antara kaum Muslimin yang lari kocar-kacir dan menginggalkan Rasulullah. Hingga tinggal tersisa beberapa orang yang melindungi beliau termasuk aku, kedua anakku, sedangkan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya. Dan Rasulullah melihat aku tidak bersenjata,'' ungkap Ummu Umarah.

Saat  melihat seorang tentara Muslim yang mundur, Rasulullah pun berkata,''Berikan senjatamu kepada orang yang sedang berperang.”  Ummu Umarah pun lalu mengambil pedang yang dilembaprkan tentara yang lari tersebut dan segera melindungi Nabi SAW dari gempuran musuh.

Ummu Umarah adalah teladan bagi para Muslimah. Ia telah mengorbankan dirinya  di jalan  jihad membela agama Islam. 

Ia telah menunaikan kewajibannya sesuai dengan kemampuannya, baik di waktu perperang maupun di waktu aman. 

Ia telah turut serta bersama Rasulullah SAW  dalam Bai’atur Ridwan di Hudaibiyah, yaitu bai’at perjanjian untuk membela agama Allah. 

Tak hanya berjuang di Perang Uhud, Ummu Umarah pun tampil mengangkat panji-panji pasukan Muslim Perang Hunain. Tak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,  sebagian kabilah yang dipimpin Usailamah al-Kadzab murtad. 

Bahkan, Usailamah mengaku sebagai nabi. Khalifah pertama Abu Bakar ash-Shidiq pun memutuskan untuk memerangi nabi palsu itu.

Mendengar kabar itu, Ummu Umarah pun segera  mendatangi Abu Bakar Ash-Shidiq. Ia mohon izin untuk turut berjuang ke medan perang bersama pasukan Muslim yang akan memerangi orang-orang murtad dari Islam. Mendenfar permohonan itu, Abu Bakar pun berkata, ''Sungguh kami telah menyaksikan pengorbananmu di medan jihad, maka keluarlah (untuk berperang) dengan menyebut nama Allah.”

Secara khusus, Rasulullah SAW pun mendoakan Ummu Umarah. Ketika sang mujahidah terluka,  Rasulullah SAW berkata kepada putra Ummu Umarah, ''Ibumu! Ibumu! Balutlah lukanya.  Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di surga.''

Ummu Umarah adalah seorang sahabat Rasul yang senantiasa mengaplikasikan keislamannya dalam amal nyata. Keberaniannya dalam setiap situasi menjadikannya sosok pahlawan sejati.  

Obsesi hidupnya begitu mulia, yakni mencari kemuliaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Sebuah obsesi yang sungguh mulia.n

Rasululah menangis terseduh-seduh,melihat kematian pria tampan dari mekkah



Dalam berbagai riwayat disebutkan, Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat yang amat luar biasa. Salah satu yang tersohor adalah Mush'ab bin Umair. 

Pemuda Quraisy yang digambarkan sebagai sosok yang sangat mulia, tampan, harum, gagah serta memiliki jiwa kepemudaan yang amat luar biasa.

Habib Ali Al-Kaff dalam sebuah kesempatan menyampaikan, Mush'ab merupakan pemuda yang sangat tampan luar biasa. 

Dia hidup bergelimang harta dan amat sangat dimanjakan oleh orangtuanya yang tersohor.

Dia menjadi salah seorang pemuda yang sangat beruntung dengan harta yang bergelimang. Pakaian yang ia kenakan setiap hari sungguh indah dan wangi. 

Tak banyak pemuda di Makkah yang menyerupainya saat itu. Karena ketampanannya itu pula, Mush'ab sering menjadi buah bibir para gadis di Makkah.

"Sayyiduna Mush'ab memiliki wajah yang mirip dengan Rasulullah SAW," terang Habib Ali Al-Kaff.

Suatu ketika, Mush'ab mendengar kabar tentang dakwah Rasulullah. 

Singkat cerita, Mush'ab mengakui dan mengimani ajaran Rasulullah dengan mengucapkan kalimat syahadat. 

Dia pun selalu datang dalam setiap kajian yang dilaksanakan bersama umat muslimin.

Awal memeluk Islam, ia menyembunyikan itu dari ibunya. 

Namun suatu ketika, sang ibu mengetahui jika putera yang sangat ia sayangi itu memeluk Islam. 

Sang ibu yang sangat berpendirian keras dan tegas pun tak terima dengan langkah yang diambil Mush'ab.

Ketika itu, Mush'ab pun diberikan pilihan untuk tetap pada ajaran nenek moyangnya atau memeluk ajaran Islam. 

Dengan tegas, Mush'ab memilih Islam dan meninggalkan seluruh kemewahan yang diberikan dan melekat pada dirinya sebagai pemuda Quraisy.

"Kancing baju yang ia kenakan saat berada di Madinah pun terbuat dari duri," tambah Habib Ali Al-Kaff yang menceritakan kehidupan Mush'ab saat melepas kesenangan dunia karena kecintaannya kepada Allah SWT.

Dia kembali mendatangi Rasulullah dengan mengenakan pakaian yang ditambal di sana sini, dan tak lagi wangi seperti sebelumnya. 

Mush'ab memilih tinggal disisi Rasulullah dan menjalankan syiar Islam. Dia juga senantiasa ikut serta dalam setiap peperangan.

Mush'ab sendiri gugur dalam Perang Uhud. Kematian Mush'ab, pemuda tampan yang penuh keberanian itu menbuat Rasulullah SAW merasakan kesedihan yang luar biasa. 

Saat menghampiri jasad Mush'ab yang tergeletak, Rasulullah SAW pun menangis hingga tersedu-sedu.

Saat itu, Rasulullah hendak mengenakan kafan pada Mush'ab dengan baju yang dikenakan Mush'ab saat perang. 

Namun saat kain pada bajunya ditarik hingga ke kepala, kaki Mush'ab kelihatan. Ketika kain ditarik ke kaki, kepala Mush'ab kelihatan.

Lalu Rasulullah berkata, " Wahai Mush'ab,, sungguh aku tak pernah melihat pakaian yang lebih indah selain pakaianmu di Makkah. Dan saat ini engkau wafat dan kain kafanmu tak cukup untuk menutup auratmu,".

Pelajaran yang dipetik dari sosok Mush'ab adalah, keteguhan hatinya yang amat luar biasa dalam keimanannya. 

Dia rela meninggalkan keindahan duniawi untuk mencapai ridha Allah SWT. Sebagai pemuda yang memiliki jiwa semangat tinggi, Mush'ab menjadi salah satu sahabat Rasulullah SAW yang sifatnya patut diteladani

Doa Menyembelih Ayam

Doa Menyembelih Ayam