Sukses berbisnis tidak melulu membutuhkan anggaran besar. Kerja keras dan skill mumpuni jauh lebih penting. Hal tersebut telah dibuktikan Cristianto Rian (25), founder sekaligus owner Tarrasmart. Berkat aplikasi Tarrasmart yang dimulainya dengan modal Rp200 ribu, kini pihaknya sudah meraup Rp100 juta.
Bahkan, bisnis start-up digital berupa pemutar radio dan televisi berbasis Android tersebut segera memasuki babak baru. Tarrasmart merupakan satu dari 20-an UKM kreatif di Indonesia yang akan memasuki pasar modal pada 2017.
Rian menerangkan saat merintis pembuatan Tarrasmart pada 2013, pihaknya terbantu dengan skill di bidang teknologi informatika yang diperolehnya dari kampus. Kala itu Rian tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknologi (STMIK) Dipanegara.
"Ongkosnya murah karena tidak ada biaya pengerjaan. Saya kan mengerti soal pembuatan aplikasi sehingga sebatas beli domain dan biaya hosting sekitar Rp200 ribu. Seandainya tak ada skill, biayanya mungkin membengkak sampai Rp10 juta," kata Rian kepada Warta Ekonomi di Makassar, Minggu (23/4/2017).
Rian mengimbuhkan dana Rp100 juta yang dimilikinya sekarang diputar untuk operasional dan pengembangan Tarrasmart. Terlebih, terhitung tahun ini pihaknya telah merekrut lima karyawan dan membuka kantor di Jalan AP Pettarani, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dana Rp100 juta itu diproyeksikannya untuk mengembangkan aplikasi Tarrasmart agar bisa lebih baik lagi. Pembenahan aplikasi mutlak digenjot seiring dengan persiapan Tarrasmart masuk ke pasar modal. Saat ini Tarrasmart masih dalam proses pembinaan pada program inkubator Bursa Efek Indonesia (BEI).
Guna pengembangan Tarrasmart, Rian menuturkan pihaknya akan melakukan ekspansi tidak sebatas pada Android, tapi juga IOS. Tarrasmart juga berupaya mendongkrak jumlah pengunduh aplikasi di Google Play Store. Caranya dengan menggandeng sejumlah manajemen radio untuk promosi. Selain itu, pihaknya mengoptimalkan promosi di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Adapun pengunduh aplikasi Tarrasmart untuk Android hampir mencapai lima juta pengguna.
"Ke depannya pasti dikembangkan juga ke IOS karena itu menjadi kebutuhan. Kami fokus dalam enam bulan ke depan untuk pengembangan," ucap pemuda berkumis tipis ini.
Disinggung mengenai pendanaan guna pengembangan Tarrasmart, Rian menjelaskan pihaknya berfokus pada skema investasi. Ia mengaku belum tertarik mencari pinjaman dari perbankan lantaran skema investasi jauh lebih menarik.
"Kami memilih untuk mencari pendanaan dari investor atau angel investor. Belum ada rencana atau pikiran untuk ambil pinjaman dari perbankan," tutur dia.
Perjalanan bisnis start-up digital milik Rian penuh lika-liku. Sejak diluncurkan pada 2013, Tarrasmart baru menikmati keuntungan dalam setahun terakhir. Hingga 2016 Rian mengaku hanya mampu mengumpulkan Rp2 juta. Karena alasan itu pula, dua founder Tarrasmart lainnya memilih mundur. Sikap pantang menyerah Rian mulai menemukan titik terang setelah mengikuti program BEKUP alias Badan Ekonomi Kreatof (Bekraf) untuk Pre-Start-up 01. Di situ, ia memperoleh banyak ilmu, khususnya mengenai pengelolaan bisnis start-up digital.
Melalui bantuan dan binaan Bekraf, Rian mengembangkan Tarrasmart menjadi aplikasi yang lebih menarik dan meminimalisir terjadinya error. Perlahan tapi pasti, Tarrasmart pun semakin diminati, meski diakuinya masih perlu sentuhan untuk optimalisasi program. Ide bisnis start-up digital milik Rian lantas diikutkan dalam kompetisi yang dibuat Bekraf dan berhasil terpilih untuk menjadi salah satu wakil Indonesia di Start-up Istanbul pada 2016.
Rian mengatakan sepulang dari Start-up Istanbul, Tarrasmart lantas ditawari untuk mengikuti seleksi masuk program inkubator. Berbekal konsep bisnis dan teknologi ala Tarrasmart, usaha Rian itu terpilih dan kini dalam proses persiapan untuk masuk papan pengembangan yang digagas BEI atau Indonesia Stock Exchange (IDX).
"Patut disyukuri, Tarrasmart dilirik untuk masuk program inkubator IDX. Dari situ semoga bisa mendapatkan investor atau angel investor untuk pengembangan usaha," ucap dia.
Lebih jauh, Rian mengatakan potensi pengembangan bisnis start-up digital di Indonesia sangat menjanjikan. Namun, untuk pengembangannya masih membutuhkan dukungan dari pemerintah. Sejauh ini Rian mengaku pemerintah sudah cukup memberikan dukungan, tapi belum terlalu maksimal dalam hal perizinan. Diharapkannya, pemerintah bisa lebih transparan dan mempermudah pelbagai bentuk perizinan, baik perihal legalitas usaha maupun hak kekayaan intelektual.
"Harapan kami dari pelaku ekonomi kreatif agar pemerintah mempermudah izin legalitas terkait usaha, termasuk izin hak kekayaan intelektual bisa lebih dipercepat dan dikontrol progresnya. Sejauh ini, kan belum terlalu terbuka di mana kami tidak bisa tracking perkembangan pengajuan perizinan," pungkas Rian..i