ilustrasi
JAKARTA-Ekonom Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng meminta aparat keamanan menangkap para penimbun pulsa listrik menjelang puasa dan hari raya karena harganya sudah pasti naik berkali kali lipat. “Bukan hanya bahan pangan yang diimbun menjelang puasa dan hari raya, namun juga pulsa listrik,” ujar Daeng di Jakarta, Kamis (4/5).
“Menimbun pangan atau pulsa listrik sudah pasti untung besar. Harga pangan secara otomatis akan naik menjelang puasa karena permintaan meningkat. Sementara harga listrik dinaikkan dengan kebijakan pemerintah,” ulasnya.
Menurutnya, diterbitkannya peraturan menteri ESDM pada hari buruh 1 Mei 2017 tentang kenaikan tarif dasar listrik adalah kado istimewa bagi para penimbun pulsa listrik. Bayangkan para penimbun pulsa listrik langusung untung 30% akibat diterbitkannya peraturan menteri ESDm tersebut. “Ini tidak mungkin gratis,” tuturnya.
Dia menduga, ada insider trading yang mendorong kebijakan ini untuk mendapatkan untung besar. “Insider trading ini boleh jadi penguasa, atau bosnya pemguasa. Mereka memborong pulsa listrik lebih dahulu baru meminta pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga listrik,” imbuhnya.
Oleh karena itu tegasnya, aparat keamanan jangan hanya memburu para spekulan pangan, tapi juga memeriksa pihak yang menjalankan ijon listrik dan memburu para penimbun pulsa lsitrik.
Mengingat listrik adalah kebutuhan dasar rakyat yang dijamin oleh konstitusi. Dengan demikian negara harus menjamin stabilItas harga listrik dalam jangka panjang untuk menjamin stabilitas ekonomi dan politik. “Para peng-ijon listrik dan para penimbun pulsa listrik harus ditangkap dan diadili karena mereka telah merongrong negara dan pemerintahan dan merusak stabilitas nasional,” pungkasnya.n