kisah cinta ali bin abi thalib,mengejar cinta fatima | KORAN LINGGAU.COMhttp://koranlinggau.com/

27 April 2020

kisah cinta ali bin abi thalib,mengejar cinta fatima

alex-hudson-XsJ3T6jyIjY-unsplash.jpg

Berbicara soal kisah cinta romantis dalam Islam. Sebuah kisah cinta yang datang dari putri bungsu Rasulullah SAW, Fatima Az Zahra dan Ali bin Abi Thalib yang tak lain adalah Khulafaur Rashidin ke-4 dan putra dari Abu Thalib.

Kisah cinta ini bermula ketika pintu hati Ali terketuk saat pertama kali melihat Fatima mengobati luka ayahnya, Nabi Muhammad SAW yang sedang terluka parah akibat berperang.

Dari kejadian itulah, Ali bertekad untuk meminang Fatima. Namun, perjalanan cinta yang ingin Ali dapatkan tidak semulus apa yang diharapkan. Berkali-kali hati Ali hancur setelah mengetahui wanita pujaannya dilamar oleh beberapa pria.Tetapi, dalam kisah yang kita tahu Ali lah pemenangnya.

Ketika Fatima berusia sekitar lima tahun, ia harus bersedih karena ditinggal oleh sang ibunda, Siti Khadijah. Di saat itu pula, Nabi Muhammad SAW mengambil tugas menjadi seorang ayah sekaligus ibu untuk Fatima. Kematian sang ibunda telah menciptakan kekosongan dalam hidup Fatima, tetapi sang ayah mengisinya dengan cinta dan kelembutan.

Saat Fatima beranjak dewasa, ada dua sahabat Nabi Muhammad SAW yang ingin menjodohkan Fatima dengan anak mereka. Namun, Nabi Muhammad SAW berkata, "Masalah pernikahan Fatima ini, ada di tangan Allah SWT sendiri, dan Dia sendiri yang akan memilih pasangan untuknya."

Suatu ketika, ada seorang pria yang mempunyai kedudukan tinggi di mata Allah SWT dan Nabi. Pria tersebut adalah Abu Bakar As Shidiq yang memberanikan diri menghadap Nabi Muhammad SAW dengan mengutarakan hatinya untuk mempersunting Fatima. Mendengar hal ini, hati Ali hancur, kebahagiaannya telah sirna seketika Fatima dilamar oleh Abu Bakar yang merupakan seorang saudagar. Dibandingkan dengan Ali, dirinya tidak ada apa-apanya, ia tetaplah pemuda miskin dari keluarga miskin.

Tapi ternyata, hal mengejutkan terjadi. Fatima menolak pinangan Abu Bakar. Seketika, Ali kembali punya harapan dan kembali mempersiapkan diri.

Sayangnya, ujian cinta Ali tidak berhenti di situ. Keceriaan dan ketenangan di hati Ali kembali sirna mendengar kabar Fatima kembali di lamar oleh seorang pria yang juga memiliki kedudukan tinggi di mata Allah SWT dan Nabi. Pria itu adalah Umar bin Khatab. Dengan gagah dan memiliki segalanya, Umar menghadap Nabi Muhammad SAW untuk mempersunting Fatima.

Beruntung sekali, tadir sepertinya memang akan mempersatukan Ali dan Fatima. Hati Ali kembali memiliki sekumpulan harapan setelah tahu Fatima menolak lamaran Umar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah sepenuhnya kebahagiaan. Hati Ali merasa gundah dengan kenyataan yang terjadi. Ia berpikir, kedua pria yang memiliki kedudukan tinggi di mata Allah SWT juga Nabi saja ditolak oleh Fatima, apalagi dengan dirinya yang tidak punya apa-apa.

Kondisi inilah yang membuat Ali seperti orang yang putus asa dan pasrah. Ia berharap Allah SWT akan berbaik hati kepadanya. Memberikan Fatima untuk dijadikan seorang istri.

Dalam sebuah riwayat dikatakan ketika Ali berbicara dengan Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, engkau telah membuat hatiku yang sebelumnya tenang menjadi goncang. Engkau telah mengingatkanku akan sesuatu yang sudah aku lupakan. Demi Allah, aku menghendaki Fatimah. Tapi, yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa untuk memberanikan diri datang padanya."

Abu Bakar tersentuh dengan penyataan Ali, lantas ia pun berkata, "Wahai Ali, janganlah engkau berkata demikian. Bagi Allah dan RasulNya, dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka."

Mendengar pernyataan Abu Bakar, Ali lantas memberanikan diri menghadap Nabi Muhammad SAW dan segera mengutarakan isi hati yang sudah lama ia pendam.

Dengan penuh harap dan keyakinan, tanpa ragu Ali pun datang untuk meminang Fatima Az Zahra. Namun, ketika berkunjung, Ali ditanya perihal mahar untuk Fatima. Ali yang tidak punya apa-apa hanya menjawab mempunyai baju besi, pedang, dan seekor unta.

Mendengar jawaban Ali, Nabi Muhammad SAW mengatakan,

"Tentang pedangmu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu, engkau tetap memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu juga bagi dirimu sendiri. Engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkanmu dengan mas kawin baju besi milikmu. Aku bahagia menerima barang itu darimu Ali. Engkau wajib bergembira sebab Allah lah sebenarnya yang maha tahu lebih dulu. Allah lah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi."(HR. Ummu Salamah)

Dan Ali pun menikahi Fatima dengan menggadaikan baju besi miliknya. Rasa syukur tidak berhenti Ali ucapkan karena Allah SWT telah mendengar doa dan harapannya untuk menjadikan Fatima sebagai istri di dunia dan akhirat. Sejak awal, takdir sepertinya memang sudah mempersatukan mereka. Kehancuran hati Ali di perjalanan cintanya adalah sebuah ujian cinta yang harus dijalani. Buah manis telah dipetik dan Ali pun pemenang atas hati Fatima.

Pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib dikarunia dua orang putra bernama Hassan dan Husain.

Ini adalah bentuk komitmen yang sempurna sehingga Allah SWT memberikan balasan yang begitu indah. Itulah bentuk cinta yang didasari oleh keberanian, kesabaran, komitmen, dan keikhlasan cinta.

Semoga kisah ini dapat menginspirasi bagi semua umat Muslim yang sedang menjalani ibadah puasa.n