Kaum yahudi di indonesia gunakan ktp kristen merasa lebih aman | KORAN LINGGAU.COMhttp://koranlinggau.com/

30 April 2017

Kaum yahudi di indonesia gunakan ktp kristen merasa lebih aman


Yaakov Baruch, salah satu pengelola sinagog Tondano

Indonesia yang dikenal mayoritas Muslim terbesar di dunia, tetapi sebuah minoritas Yahudi mengklaim menikmati  sehari-hari secara aman tanpa ganguan.

Di Kota Manado, ada sebuah sinagog sederhana yang didirikan komunitas Yahudi, yang diklaim satu-satunya sinagog di Indonesia. Sekelompok komunitas Yahudi mengaku merasa aman melakukan ibadah secara terbuka.

Di sebuah bangunan beratap merah di Tondano, Pulau Sulawesi, merupakan satu-satunya Sinagog  dari 255 juta penduduk Indonesia.

“Kami bisa memakai kippah (alas kepala yang sering dipakai oleh pria Yahudi) di pusat perbelanjaan atau di mana-mana saja, tidak ada masalah, “kata seorang pemimpin Yahudi, Yobby Hattie Ensel kepada AFP baru-baru ini.

Sinagoge bernama Shaar Hasyamayim berdiri di dekat beberapa gereja lain dan para penduduk berbeda agama hidup dengan aman. Diperkirakan, ada 200 penganut agama Yahudi di Indonesia.

Mereka dipercayai  keturunan pedagang Yahudi dari Eropa dan Iraq, yang tinggal di Asia.

Rabbi Benjamin Verbrugge adalah kepala United Indonesian Jewish Community (UIJC). Populasi Yahudi di Indonesia mencapai puncaknya sebelum Perang Dunia II, dengan sekitar sekitar 3.000 orang, kata Rotem Kowner, profesor dari Universitas Haifa di Israel.

Komunitas Yahudi juga menghadapi tantangan praktis, yaitu menemukan makanan halal atau “kosher” bagi mereka. Tidak banyak makanan Yahudi yang tersedia, padahal ajaran agamanya cukup ketat mengatur halal dan haram.

“Saya berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang Yahudi yang baik, tapi saya tidak bisa mengaturnya 100 persen,” kata Phinechas, seorang lokal yang masuk agama Yahudi dikutip AFP.

Meski memilih beragama Yahudi,  namun komunita ini tidak menempatkan ‘Yahudi’ sebagai agama di KTP mereka. Tapi mereka memilih me ggunakan Kristen sebagai agama mereka, sehingga tidak menarik perhatian umum. Maklum, di Indonesia tidak mengakui agama Yahudi.

Yaakov Baruch, salah satu pengelola sinagog Tondano, mengungkapkan bagaimana dia diintimidasi di sebuah mal yang ramai di Jakarta, saat dia sedang berjalan bersama istrinya yang sedang hamil.

“Dari beberapa lantai, mereka meneriaki saya ‘Crazy Jew’,” katanya kepada AFP dan menambahkan, ada sekelompok pria lalu berlari mendatanginya dan meminta dia melepaskan kippahnya.

“Mereka berkata kepada saya: ‘Kami tidak ingin Anda menggunakan kippah di negara ini. Jika Anda terus menggunakannya, kami akan membunuh Anda’.”

Rabbi Benjamin Verbrugge mengakui bahwa ketegangan ketegangan di Timur Tengah telah memicu rasa permusuhan terhadap kaum Yahudi.

“Masalah antara Israel dan Palestina seakan menjadi tanggung jawab saya – ketika seseorang ditikam di sana, hal itu akan membuat saya tidak nyaman di sini,” katanya. Karena itu, di Jakarta kaum Yahudi beribadah tidak secara terbuka.

Pada tahun 2013, satu Sinagog di Indonesia yang berlokasi di Surabaya ditutup. Ia sempat dijadikan sasaran demonstrasi anti-Israel selama bertahun-tahun tatkala serangan Gaza oleh penjejah Israel tahun 2009 berlangsung.

Namun, karena jumlah mereka yang kecil, masyarakat Yahudi mengaku tidak selalu menjadi fokus kemarahan kelompok muslim di Indonesia dan lazimnya selamat dari serangan-serangan berbahaya.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, masyarakat Yahudi Indonesia tetap mengaku mereka masih menjadi bagian negara itu, karena mengklaim sudah ada di  sebelum Indonesia merdeka,.*