Ajarkan wirausaha, kurikulum belum diajarkan | KORAN LINGGAU.COMhttp://koranlinggau.com/

30 April 2017

Ajarkan wirausaha, kurikulum belum diajarkan


BAGI ILMU: Founder dan Chairman Lippo Group Mochtar Riyadi berbagi pengalaman pada peserta forum ”Entrepreneurship Wisdoms” di kampus Unika Soegijapranata Semarang.

Kurikulum yang ada Indonesia khususnya di Perguruan Tinggi (PT) dinilai belum bisa menghasilkan lulusan yang siap untuk menjadi pengusaha atau entrepreneur. Para mahasiswa hanya disiapkan untuk bekerja menjadi karyawan.

”Memilih karir berwirausaha merupakan hal luar biasa, kecuali bagi mereka yang memiliki latar belakang keluarga wirausaha. Kalaupun mereka yang menjadi wirausaha itu karena kondisi, bukan produk dari tempat mereka belajar,” ungkap founder dan chairman Lippo Group, Mochtar Riyadi, di acara Forum ”Entrepreneurship Wisdoms” di kampus Unika Soegijapranata Semarang, belum lama ini.

Kondisi demikian, lanjut Mochtar, menyebabkan target pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausahawan sulit tercapai. Sebab, sebagian besar dari mereka telah berniat untuk menggantungkan hidup sebagai karyawan. ”Padahal tantangan-tantangan globalisasi yang semakin berkembang khususnya dalam bidang ekonomi. Masyarakat kalau hanya berharap menjadi karyawan kesempatannya semakin kecil,” jelasnya.

Dalam paparannya Mochtar Riady membeberkan strategi khusus untuk menghadapi tantangan zaman agar Lippo Group bisa ikut berinteraksi dalam arena globalisasi ekonomi. Ia mengibaratkan seperti mengejar kuda dengan menunggang kuda. Hal ini, lanjut dia, dilakukan agar perusahaannya menjadi perusahaan multinasional yang terus berkembang tanpa tergerus persaingan secara global. Beberapa tahun silam, ketika perekonomian dunia masih berkiblat di Amerika Serikat, Mochtar memanggil pebisnis dari negara Paman Sam tersebut untuk memegang sejumlah bidang usahanya. ”Karena itu, saya dapat berlari kencang dengan ’menunggang kuda’ tersebut,” jelasnya.

Dia menambahkan, kini setelah zaman cepat berubah dan perekonomian dunia bergeser ke Tiongkok, ia pun juga mengundang ahli bisnis dari negara tersebut. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman selama ini, Mochtar mencoba memadukan antara teori ekonomi dengan praktik di lapangan. ”Langkah tersebut mengantar Lippo Group masuk ke dalam masyarakat globalisasi ekonomi secara aktif dan produktif,” ungkap Mochtar.

Mochtar mengisahkan bagaimana mengundang puluhan pakar pasar modal dan keuangan dari Amerika Serikat untuk modernisasi dan standardisasi struktur dan manajemen Lippo Group. Dia menyebutnya sebagai langkah globalisasi sumber daya manusia (SDM).

Selain itu, Mochtar Riady mengungkapkan saat ini perusahan harus sensitif terhadap perubahan teknologi. Jika tidak, masa kejayaan sebuah perusahan tidak dapat bertahan. Tak hanya perubahan teknologi, perubahan politik juga berimbas pada kondisi ekonomi dan sosial...