Salah Satu Sahabat, diantara deretan orang-orang terbaik di sekitar Nabi shallallahu 'alaihi wassalam, dialah Saad bin Muadz R.A, golongan Anshar yang masuk Islam usia 31 tahun dan syahid di usia 37 tahun.
Beliau mendapat tempat yang istimewa. Kematiannya mengguncang arasy, ruhnya disambut 70.000 malaikat, jenazahnya dibawa dan diantar puluhan ribu malaikat, hingga para sahabat berkata:
“Tidak ada jenazah yang lebih ringan daripada jenazah Saad, padahal dia adalah berpostur tinggi, gemuk, dan kekar” (Sirah Ibnu Hisyam)
Apa istimewanya Saad? Salah satu yang banyak dilukiskan sejarawan adalah keberanian dan pembelaannya terhadap Islam, keberaniannya yang tiada tanding, dan jiwa ksatrianya yang unggul.
Ketika perang Badar tiba. Nyali kaum muslimin diuji. Bukan saja menghadapi kekuatan Quraisy yang tidak berimbang, tapi tekanan psikologis yang mendera menguji keimanan dan keberanian.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengumpulkan sahabat-sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka tentang urusan perang Badar.
Rasulullah berkata:
“Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai sahabat…!”
Maka, bangkitlah Sa’adz bin Mu’adz dan berkata,
“Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka, laksanakahlah terus ya Rasulullah apa yang engkau inginkan, dan kami akan selalu bersamamu. Dan, demi Allah yang telah mengutusmu membawa kebenaran, seandainya engkau mengadapkan kami ke lautan ini, lalu engkau menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan. Dan, semoga Allah akan memperlihatkan kepadamu tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka, marilah kita berangkat dengan berkah Allah Taala.”
Mendengar perkataan Sa’adz yang mengharukan itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bangga dan gembira, lalu berkata kepada kaum muslimin,
“Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian karena Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan! Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu (Quraisy)”
Editor: H. Dicky Aditya..